Assalamu'alaikum ..
Selamat datang dalam risalah sederhana. Aku ingin mulai mengajak saudara-saudaraku_terutama diriku sendiri_memulai hidup untuk berbuat hal kecil dengan cinta yang besar. Tidak muluk – muluk. Ya, citaku memang merubah dunia kecil kita. Tetapi urutan kerjanya tentu dari diri kita sendiri, keluarga kita, dan orang-orang terdekat kita lalu kepada masyarakat luas, semoga .. Bismillah ^_^(yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat".(QS. 26:78-82)Kupersembahkan kepada:
Kamis, 30 Juni 2011
Menyambut Pagi ....
ng melewati masa sendiri dan membosankan sampai akhirnya menjadi indah kupu – kupu.
Selasa, 28 Juni 2011
ALLAHU AKBAR!
Lagu dan liriknya begitu mengusik jiwa ..
Allahu Akbar !
mengingatkan diri akan kebesaranMU Ya Robbi ...
Allahu Akbar !
mengingatkan diri akan kebesaranMU Ya Robbi ...
Sabtu, 25 Juni 2011
Maafkan Aku ........
''Ummatii, ummatii, ummatii" ... (umatku, umatku, umatku)
Kata kata yang kau ucapkan
Kata kata yang kau ucapkan
Saat kau akan beranjak pergi
Menandakan betapa kau merisaukan kami
Kata kata yang kau ucapkan
Saat malaikat ingin menjemputmu
Menandakan betapa kau mencintai kaumku
Pilu hati ini
Bila mengingatnya
Kaum yang kau sayangi
Sekarang tak lebih dari sebuah etelasi
Pilu hati tak terperikan
Bila mengingatnya
Kaum yang kau risaukan
Sekarang tak lebih dari sebuah boneka
Bagaimanakah perasaanmu? ?
Andaikan matamu masih terbuka
Bagaimanakah keadaanmu?
Andaikan kau melihatnya
Dan aku pun tak kan mampu melihat penderitaanmu.
Kaum yang kau muliakan
Dan kau pun suruh Adam tuk memuliakan
Kini telah ia robek kehormatan
Dengan tangannya sendiri dgn sifat malu yang ia abaikan
Kaum yang kau cintai
Kaum yang kau bekali,dengan cahaya
Agar tak sesat dalam melangkah
Kini telah melangkah jauh
Menempuh jalan dunia peradaban moderen namun jahiliyah
Dan mulai meninggalkan cahaya itu
Kaum yang kau sayang sepenuh rasa
Kaum yang kau berikan pengorbanan yang luar biasa
Tak jarang kau harus menderita
Kini telah menutup mata hatinya
Demi menggapai cita-cita semunya
Dan sudah tak perduli lagi dengan pesan-pesan mulia
Maafkan aku
Inilah aku
Aku pun tertatih dalam menggenggam cahaya itu
Aku pun telah ditawan nafsu
Tubuhku mulai kaku
bergerak tuk mentaatimu
Maafkan aku
Inilah aku
Aku yang tertatih
Menentang arusnya jaman
Berusaha memegang pesan-pesanmu
Kini tak lebih dari merpati yang terbang dalam kelelahan
Maafkan aku
Inilah aku
Tak banyak yang bisa kulakukan
Untuk menyeru kaum yang kau sayang
Menyeru kepada cahaya yang kau wariskan
Maafkan aku
Inilah aku
Tak banyak yang bisa kulakukan
Untuk menyelamatkan kaumku
Kaum yang kau sayang dan khawatirkan
Maafkan aku..
Maafkan aku..
Aku rindu padamu Rasulku ....
Jumat, 24 Juni 2011
Sajak Hati di birunya Langit dan laut
LANGIT ...
Langit itu kanvas yang tak berujung
tak ada bingkai disana
Maka, kaupun bebas melukis, menggoreskan segala hal disana,
tentang asamu, ceriamu, dukamu .. tentang semuanya.
Bukankah DIA ada di langit ?
LAUT ...
Ia dibingkai oleh karang-karang yang menjulang
tapi ritme hidupnya tak pernah berakhir
Laut merupakan rumah, istana yang besar yang tak berujung.
Arakan air dari hulu ke hilir takkan pernah berhenti.
Takkan pernah berbalik arah .. tanpa KuasaNYA.
Meski ia melarikan diri ke ujung dunia sekalipun, ia pasti akan kembali ke rumahnya, SAMUDRA …
Semua hal di dunia ini akan kembali ke asalnya, menghadap pada penciptaNya.
LAUT ...
disana kau dapat belajar segala hal
Laut adalah cermin besar bagi langit ..
Ia bisa mengejawantahkan setiap lekukan, setiap goresan, biasnya dalam arusnya,
Dalam setiap gelombangnya kau bisa mengalirkan, menguapkan buncahan rasa dan asamu.
Langit dan laut tak pernah terpisahkan.
bagian dari laut dapat diangkat keatas langit,
dan bagian dari langit tercerminkan pada laut ...
Tentang langit…
Tempat segala coret moret kehingar bingaran bebas tergaris disana…
Maka luapkanlah segala apa yang membisingkan jiwa pada tiap lekuk awannya..
sebab ada angin juga hujan yang akan menghapus serta menggerus pahatan abstrak
dari tiap air mata, derai tawa atau segala kecewa yang kita tumpahkan padanya luas tanpa tepi.
Layaknya LANGIT
hamparan sajadahpun adalah kanvas tak berujung…
Dengan keluasan jiwa yang purna tempat segala keluhan bebas berlari…
Maka ungkapkanlah segala apa yang memilukan rasa dalam hangat peluk juga senyumnya…
Tak perlu ragu..
Tentang LAUT
Muara segala aliran lengkap dengan warnanya…
Larunglah kapal dendam atau kebencian padanya yang tak bertepi…
Hanyutkan segala racun warna-warni penggerogot ketegaran ataupun keimanan…
Tak perlu ragu…
Sebab ada badai juga karang yang menjulang siap meluluhlantakkan segala kemudi kepenatanmu…
Kemudian laut kembali biru, sebab warna-warni segala aliran, pada laut dibungkus jadi pernik pengindah warna lautan.
Layaknya LAUT
datangilah hamparan sajadahmu, dengan ritme hidup yang tak pernah bosan mendengarkan.
Ia tak kan pernah merasa berat ketika kau hiasi beribu problema dalam ruang dengarnya,
Bagi hamparan sajadahmu ..
Bisa menjadi laut tak berujung yang padanya mengalir dan berlayar segala kedukaan ataupun kesukaanmu adalah ladang cinta untukmu kepadaNYA.
Hingga malaikatpun turut mendo’akan.
Laut merupakan cermin raksasa bagi langit…
dan sajadah adalah cermin bagi kita..
Kamis, 23 Juni 2011
Teruntuk Orang-orang yg Aku CINTAI ....
Ijinkan aku sempurnakan Agamaku .. " Khairun naasi anfa'uhum linnaas."
sebaik-baik manusia adalah siapa yang paling banyak bermanfaat bagi orang lain.
dan aku ingin menjadi bagian dari sebaik-baiknya manusia ... yang juga bermanfaat bagi orang lain.
Karena mengejar duniawi tidak akan pernah ada habisnya ..
Semoga aku juga dapat bermanfaat bagi kalian wahai orang-orang tercintaku ..
Betapa indah pribadi yang penuh pancaran manfaat, ia bagai cahaya matahari yang menyinari kegelapan,
menjadikannya tumbuh benih-benih, bermekarannya tunas-tunas, merekahnya bunga-bunga di taman, hingga
menggerakkan berputarnya roda kehidupan. Demikianlah, cahaya pribadi kita hendaknya mampu
menyemangati siapapun, bukan hanya diri kita, tetapi juga orang lain dalam berbuat kebaikan dengan
limpahan energi karunia ALLAH Azza wa Jalla, Dzat yang Maha Melimpah energi-Nya, subhanallah.
Ingatlah, hidup hanya sekali dan sebentar saja, sudah sepantasnya kita senantiasa memaksimalkan nilai
manfaat diri ini, yakni menjadi seperti yang disabdakan Nabi SAW, sebagai khairunnaas.
Sebaik-baik manusia! Insya ALLAH ..
Sebaik-baik manusia! Insya ALLAH ..
Dan kalian akan turut merasakan manfaatnya kelak .. Insya Allah.
Selasa, 21 Juni 2011
Hanya CATATAN Kecil ....
Saat ujian demi ujian-Nya mengguncang jiwa
Kemana seorang istri harus mencari kekuatan agar hati terus bertasbih?
kadangkala mungkin tergambar didalam benak seorang istri,
kata "jenuh" dengan rutinitas sehari-hari yang tidak dirasakan seorang suami.
Dimana seorang istri menghabiskan hampir 24 jam didalam rumah dgn rutinitas yg sama.
Sisi kejiwaan seorang istri yang kurang "iman" mungkin akan berontak ..
dengan mencari kesibukan di luar rumah tanpa "norma"
lalu dimanakah tempat yang baik untuk menghilangkan "kejenuhan" itu ??
hingga seorang istri tetap mempunyai hak yang sama secara patut ...
Disinilah dibutuhkan seorang suami bijak yang mampu menjadi penerang.
wahai para suami ...
ketika engkau sungguh mencintainya kau beri ia perlindungan dan kenyamanan
kau beri ia kepercayaan dan kelembutan ..
maka kau akan dapati ia pun menjagamu dan senantiasa ada disampingmu
dalam suka dan dukamu ...
Sabtu, 18 Juni 2011
Curahan Hati
Yang paling aku takutkan ialah keakraban hati dengan kemunkaran dan dosa, jika suatu kedurhakaan berulangkali dikerjakan maka jiwa menjadi akrab dengannya hingga ia tak lagi peka, mati rasa...
"Ihdinas shiraatal mustaqiim, siraathal ladzii na’an ‘amta ‘alaihim, ghairil maghduu bi’alaihim, walad dhaalliin..
Tunjukkan kami Jalan Lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS. Al-Fatihah :6-7) Laa haula walaa quwwata illa billah.
Jumat, 17 Juni 2011
Rahasia Ibadah
Hak rahasia adalah untuk dijaga, Rahasia yg paling berhak dijaga adalah rahasia beribadah kepada Rabb mu. Rahasiamu adalah darahmu, biarlah ia tetap berada & mengalir di urat nadimu, Seperti rahasia langit (Q.S 72:8). Bergembiralah berbuat kebaikan tanpa diketahui oleh orang lain. Jauhilah dari riya’, sum’ah dan ujub. Ada manusia yg tidak dikenali di bumi tapi sangat tersohor di langit sana. Kebaikan jgn dianggap jasa, tetapi anggap saja penebus dosa ...........
Kamis, 16 Juni 2011
Just GIVING
Every human wants so much.
Everything from money, cars to house and such.
How come everybody didn’t once think?
Think about what else life can bring.
Think about sharing love and peace.
Think about forgiving and believe.
Think about Allah and the good deeds
Maybe now and then help the needed and support the grieved.
Maybe to give more than to take.
Maybe to fix more than to break.
Do it from love, for yourself, for your family, do it for Allah’s sake.
It is easier to speak than to do.
But if you only believe in Allah, He the All Mighty will help you through.
Everything from money, cars to house and such.
How come everybody didn’t once think?
Think about what else life can bring.
Think about sharing love and peace.
Think about forgiving and believe.
Think about Allah and the good deeds
Maybe now and then help the needed and support the grieved.
Maybe to give more than to take.
Maybe to fix more than to break.
Do it from love, for yourself, for your family, do it for Allah’s sake.
It is easier to speak than to do.
But if you only believe in Allah, He the All Mighty will help you through.
Kekuatan CINTA
Ada kekuatan di dalam CINTA,
dan orang yang sanggup memberikan cinta adalah orang yang kuat
Karena ia bisa mengalahkan keinginannya
...Untuk mementingkan diri sendiri.
Ada kekuatan dalam SENYUMAN,
Dan orang yang selalu tersenyum adalah orang yang kuat
Karena ia tidak pernah terlarut
Dengan tantangan dan cobaan.
dan orang yang sanggup memberikan cinta adalah orang yang kuat
Karena ia bisa mengalahkan keinginannya
...Untuk mementingkan diri sendiri.
Ada kekuatan dalam SENYUMAN,
Dan orang yang selalu tersenyum adalah orang yang kuat
Karena ia tidak pernah terlarut
Dengan tantangan dan cobaan.
Ada kekuatan di dalam KESABARAN,
Dan orang yang sabar adalah orang yang kuat
Karena ia sanggup menanggung segala sesuatu
Dan ia tidak pernah merasa disakiti.
Ada kekuatan di dalam KEMURAHAN,
Dan orang yang murah hati adalah orang yang kuat
Karena ia tidak pernah menahan mulut dan tangannya
Untuk melakukan yang baik bagi sesamanya.
Ada kekuatan di dalam KESETIAAN,
Dan orang yang setia adalah orang yang kuat
Karena ia bisa mengalahkan nafsu dan keinginan pribadi
Dengan kesetiaannya kepada ALLAH dan sesama.
Ada kekuatan di dalam PENGUASAAN DIRI,
Dan orang yang bisa menguasai diri adalah orang yang kuat
Karena ia bisa mengendalikan segala nafsu keduniawian.
Disitulah semua letak-letak dimana Kekuatan Sejati berada
Dan orang yang sabar adalah orang yang kuat
Karena ia sanggup menanggung segala sesuatu
Dan ia tidak pernah merasa disakiti.
Ada kekuatan di dalam KEMURAHAN,
Dan orang yang murah hati adalah orang yang kuat
Karena ia tidak pernah menahan mulut dan tangannya
Untuk melakukan yang baik bagi sesamanya.
Ada kekuatan di dalam KESETIAAN,
Dan orang yang setia adalah orang yang kuat
Karena ia bisa mengalahkan nafsu dan keinginan pribadi
Dengan kesetiaannya kepada ALLAH dan sesama.
Ada kekuatan di dalam PENGUASAAN DIRI,
Dan orang yang bisa menguasai diri adalah orang yang kuat
Karena ia bisa mengendalikan segala nafsu keduniawian.
Disitulah semua letak-letak dimana Kekuatan Sejati berada
Dan sadarlah bahwa kita juga memiliki cukup KEKUATAN
untuk mengatasi segala masalah kita .
Dimanapun juga, seberat dan serumit apapun juga
untuk mengatasi segala masalah kita .
Dimanapun juga, seberat dan serumit apapun juga
Karena cobaan tidak akan pernah dibiarkan melebihi kekuatan kita.
Persahabatan Yang Tulus
Abu Sulaiman Darami berkata, ''Jangan sekali-kali engkau bersahabat kecuali salah satu dari dua macam ini. Pertama, orang yang dapat engkau ajak bersahabat dalam urusan duniamu dengan jujur. Dan, kedua orang yang karena bersahabat dengannya engkau memperoleh kemanfaatan untuk urusan akhiratmu.''
Islam sangat menjunjung tinggi persahabatan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ''Tidakkah engkau beriman sehingga engkau mencintai sesama saudaramu sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri.''
Wujud refleksi cinta bukan hanya dalam sikapnya untuk selalu membela sesama saudaranya, tetapi tampak pula dari tutur katanya yang lemah lembut, caranya bicara yang sangat waspada. Dia takut apabila ada orang lain tersakiti hatinya karena lidahnya, walau dalam bercanda atau senda gurau sekalipun. Lihatlah tanda-tanda persaudaraan itu; ketika kita memberi sesuatu maka dia akan menerimanya dengan rasa haru.
Ketika kita dalam kesulitan, dialah orang pertama yang menawarkan diri untuk meringankan beban. Ketika dalam kegelapan, dialah manusia paling merasa bersalah karena merasa tidak memberikan pelita. Penderitaannya bukanlah karena dirinya lapar atau sakit merintih dalam rasa nyeri. Penderitaan yang dia rasakan adalah ketidakberdayaannya ketika melihat saudaranya kedinginan mengerang kelaparan; menanggung beban hidup berkepanjangan.
Kebahagian baginya adalah apabila dia bisa bagaikan cahaya yang menerangi sekitarnya. Renungkanlah, ketika Rasulullah memekik karena sakit yang tak tertahankan tatkala malaikat mencabut nyawa Beliau. ''Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.'' Tubuh Rasulullah SAW mulai dingin, kaki dan dada beliau sudah tak bergerak. Bibir beliau bergetar seakan hendak menyampaikan sesuatu. Ali segera mendekatkan telinga beliau. ''Uushikum bishshalati, wa ma malaikat aimanukum (peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu).'' Fatimah menutupkan tangan ke wajahnya, sementara Ali kembali mendekatkan telinga ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan, ''Ummatii, ummatii, ummatii (umatku, umatku, umatku),'' bisik Rasulullah. Begitulah ketulusan cinta Rasullah SAW kepada kita. Di antara sakaratul maut Beliau, kita diingatnya. Betapa ikhlasnya perjuangan dan pengorbanan Rasulullah SAW; hanya berharap dapat memberikan kebaikan yang terbaik bagi kita. Sebagai umatnya, sudahkah kita bisa dengan tulus mengasihi sesama, seperti dicontohkan Beliau?
Minggu, 12 Juni 2011
Lima Langkah Menjadi Manusia Terbaik
Ada hadits pendek namun sarat makna dikutip Imam Suyuthi dalam bukunya Al-Jami’ush Shaghir. Bunyinya, “Khairun naasi anfa’uhum linnaas.” Terjemahan bebasnya: sebaik-baik manusia adalah siapa yang paling banyak bermanfaat bagi orang lain.
Derajat hadits ini ini menurut Imam Suyuthi tergolong hadits hasan. Syeikh Nasiruddin Al-Bani dalam bukunya Shahihul Jami’ush Shagir sependapat dengan penilaian Suyuthi.
Adalah aksioma bahwa manusia itu makhluk sosial. Tak ada yang bisa membantah. Tidak ada satu orangpun yang bisa hidup sendiri. Semua saling berketergantungan. Saling membutuhkan.
Karena saling membutuhkan, pola hubungan seseorang dengan orang lain adalah untuk saling mengambil manfaat. Ada yang memberi jasa dan ada yang mendapat jasa. Si pemberi jasa mendapat imbalan dan penerima jasa mendapat manfaat. Itulah pola hubungan yang lazim. Adil.
Jika ada orang yang mengambil terlalu banyak manfaat dari orang lain dengan pengorbanan yang amat minim, naluri kita akan mengatakan itu tidak adil. Orang itu telah berlaku curang. Dan kita akan mengatakan seseorang berbuat jahat ketika mengambil banyak manfaat untuk dirinya sendiri dengan cara yang curang dan melanggar hak orang lain.
Begitulah hati sanubari kita, selalu menginginkan pola hubungan yang saling ridho dalam mengambil manfaat dari satu sama lain. Jiwa kita akan senang dengan orang yang mengambil manfaat bagi dirinya dengan cara yang baik. Kita anggap seburuk-buruk manusia orang yang mengambil manfaat banyak dari diri kita dengan cara yang salah. Apakah itu menipu, mencuri, dan mengambil paksa, bahkan dengan kekerasan.
Namun yang luar biasa adalah orang lebih banyak memberi dari mengambil manfaat dalam berhubungan dengan orang lain. Orang yang seperti ini kita sebut orang yang terbaik di antara kita. Dermawan. Ikhlas. Tanpa pamrih. Tidak punya vested interes.
Orang yang selalu menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain adalah sebaik-baik manusia. Kenapa Rasulullah saw. menyebut seperti itu? Setidaknya ada empat alasan. Pertama, karena ia dicintai Allah swt. Rasulullah saw. pernah bersabda yang bunyinya kurang lebih, orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Siapakah yang lebih baik dari orang yang dicintai Allah?
Alasan kedua, karena ia melakukan amal yang terbaik. Kaidah usul fiqih menyebutkan bahwa kebaikan yang amalnya dirasakan orang lain lebih bermanfaat ketimbang yang manfaatnya dirasakan oleh diri sendiri. Apalagi jika spektrumnya lebih luas lagi. Amal itu bisa menyebabkan orang seluruh negeri merasakan manfaatnya. Karena itu tak heran jika para sahabat ketika ingin melakukan suatu kebaikan bertanya kepada Rasulullah, amal apa yang paling afdhol untuk dikerjakan. Ketika musim kemarau dan masyarakat kesulitan air, Rasulullah berkata membuat sumur adalah amal yang paling utama. Saat seseorang ingin berjihad sementara ia punya ibu yang sudah sepuh dan tidak ada yang merawat, Rasulullah menyebut berbakti kepada si ibu adalah amal yang paling utama bagi orang itu.
Ketiga, karena ia melakukan kebaikan yang sangat besar pahalanya. Berbuat sesuatu untuk orang lain besar pahalanya. Bahkan Rasulullah saw. berkata, “Seandainya aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi suatu kebutuhannya, maka itu lebih aku cintai daripada I;tikaf sebulan di masjidku ini.” (Thabrani). Subhanallah.
Keempat, memberi manfaat kepada orang lain tanpa pamrih, mengundang kesaksian dan pujian orang yang beriman. Allah swt. mengikuti persangkaan hambanya. Ketika orang menilai diri kita adalah orang yang baik, maka Allah swt. menggolongkan kita ke dalam golongan hambanya yang baik-baik.
Pernah suatu ketika lewat orang membawa jenazah untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut orang itu sebagai orang yang tidak baik. Kemudian lewat lagi orang-orang membawa jenazah lain untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut kebaikan si mayit. Rasulullah saw. membenarkan. Seperti itu jugalah Allah swt. Karena itu di surat At-Taubah ayat 105, Allah swt. menyuruh Rasulullah saw. untuk memerintahkan kita, orang beriman, untuk beramal sebaik-baiknya amal agar Allah, Rasul, dan orang beriman menilai amal-amal kita. Di hari akhir, Rasul dan orang-orang beriman akan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa kita seperti yang mereka saksikan di dunia.
Untuk bisa menjadi orang yang banyak memberi manfaat kepada orang lain, kita perlu menyiapkan beberapa hal dalam diri kita. Pertama, tingkatkan derajat keimanan kita kepada Allah swt. Sebab, amal tanpa pamrih adalah amal yang hanya mengharap ridho kepada Allah. Kita tidak meminta balasan dari manusia, cukup dari Allah swt. saja balasannya. Ketika iman kita tipis terkikis, tak mungkin kita akan bisa beramal ikhlas Lillahi Ta’ala.
Ketika iman kita memuncak kepada Allah swt., segala amal untuk memberi manfaat bagi orang lain menjadi ringan dilakukan. Bilal bin Rabah bukanlah orang kaya. Ia hidup miskin. Namun kepadanya, Rasulullah saw. memerintahkan untuk bersedekah. Sebab, sedekah tidak membuat rezeki berkurang. Begitu kata Rasulullah saw. Bilal mengimani janji Rasulullah saw. itu. Ia tidak ragu untuk bersedekah dengan apa yang dimiliki dalam keadaan sesulit apapun.
Kedua, untuk bisa memberi manfaat yang banyak kepada orang lain tanpa pamrih, kita harus mengikis habis sifat egois dan rasa serakah terhadap materi dari diri kita. Allah swt. memberi contoh kaum Anshor. Lihat surat Al-Hasyr ayat 9. Merekalah sebaik-baik manusia. Memberikan semua yang mereka butuhkan untuk saudara mereka kaum Muhajirin. Bahkan, ketika kaum Muhajirin telah mapan secara financial, tidak terbetik di hati mereka untuk meminta kembali apa yang pernah mereka beri.
Yang ketiga, tanamkan dalam diri kita logika bahwa sisa harta yang ada pada diri kita adalah yang telah diberikan kepada orang lain. Bukan yang ada dalam genggaman kita. Logika ini diajarkan oleh Rasulullah saw. kepada kita. Suatu ketika Rasulullah saw. menyembelih kambing. Beliau memerintahkan seoran sahabat untuk menyedekahkan daging kambing itu. Setelah dibagi-bagi, Rasulullah saw. bertanya, berapa yang tersisa. Sahabat itu menjawab, hanya tinggal sepotong paha. Rasulullah saw. mengoreksi jawaban sahabat itu. Yang tersisa bagi kita adalah apa yang telah dibagikan.
Begitulah. Yang tersisa adalah yang telah dibagikan. Itulah milik kita yang hakiki karena kekal menjadi tabungan kita di akhirat. Sementara, daging paha yang belum dibagikan hanya akan menjadi sampah jika busuk tidak sempat kita manfaatkan, atau menjadi kotoran ketika kita makan. Begitulah harta kita. Jika kita tidak memanfaatkannya untuk beramal, maka tidak akan menjadi milik kita selamanya. Harta itu akan habis lapuk karena waktu, hilang karena kematian kita, dan selalu menjadi intaian ahli waris kita. Maka tak heran jika dalam sejarah kita melihat bahwa para sahabat dan salafussaleh enteng saja menginfakkan uang yang mereka miliki. Sampai sampai tidak terpikirkan untuk menyisakan barang sedirham pun untuk diri mereka sendiri.
Keempat, kita akan mudah memberi manfaat tanpa pamrih kepada orang lain jika dibenak kita ada pemahaman bahwa sebagaimana kita memperlakukan seperti itu jugalah kita akan diperlakukan. Jika kita memuliakan tamu, maka seperti itu jugalah yang akan kita dapat ketika bertamu. Ketika kita pelit ke tetangga, maka sikap seperti itu jugalah yang kita dari tetangga kita.
Kelima, untuk bisa memberi, tentu Anda harus memiliki sesuatu untuk diberi. Kumpulkan bekal apapun bentuknya, apakah itu finansial, pikiran, tenaga, waktu, dan perhatian. Jika kita punya air, kita bisa memberi minum orang yang harus. Jika punya ilmu, kita bisa mengajarkan orang yang tidak tahu. Ketika kita sehat, kita bisa membantu beban seorang nenek yang menjinjing tak besar. Luangkan waktu untuk bersosialisasi, dengan begitu kita bisa hadir untuk orang-orang di sekitar kita.
Derajat hadits ini ini menurut Imam Suyuthi tergolong hadits hasan. Syeikh Nasiruddin Al-Bani dalam bukunya Shahihul Jami’ush Shagir sependapat dengan penilaian Suyuthi.
Adalah aksioma bahwa manusia itu makhluk sosial. Tak ada yang bisa membantah. Tidak ada satu orangpun yang bisa hidup sendiri. Semua saling berketergantungan. Saling membutuhkan.
Karena saling membutuhkan, pola hubungan seseorang dengan orang lain adalah untuk saling mengambil manfaat. Ada yang memberi jasa dan ada yang mendapat jasa. Si pemberi jasa mendapat imbalan dan penerima jasa mendapat manfaat. Itulah pola hubungan yang lazim. Adil.
Jika ada orang yang mengambil terlalu banyak manfaat dari orang lain dengan pengorbanan yang amat minim, naluri kita akan mengatakan itu tidak adil. Orang itu telah berlaku curang. Dan kita akan mengatakan seseorang berbuat jahat ketika mengambil banyak manfaat untuk dirinya sendiri dengan cara yang curang dan melanggar hak orang lain.
Begitulah hati sanubari kita, selalu menginginkan pola hubungan yang saling ridho dalam mengambil manfaat dari satu sama lain. Jiwa kita akan senang dengan orang yang mengambil manfaat bagi dirinya dengan cara yang baik. Kita anggap seburuk-buruk manusia orang yang mengambil manfaat banyak dari diri kita dengan cara yang salah. Apakah itu menipu, mencuri, dan mengambil paksa, bahkan dengan kekerasan.
Namun yang luar biasa adalah orang lebih banyak memberi dari mengambil manfaat dalam berhubungan dengan orang lain. Orang yang seperti ini kita sebut orang yang terbaik di antara kita. Dermawan. Ikhlas. Tanpa pamrih. Tidak punya vested interes.
Orang yang selalu menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain adalah sebaik-baik manusia. Kenapa Rasulullah saw. menyebut seperti itu? Setidaknya ada empat alasan. Pertama, karena ia dicintai Allah swt. Rasulullah saw. pernah bersabda yang bunyinya kurang lebih, orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Siapakah yang lebih baik dari orang yang dicintai Allah?
Alasan kedua, karena ia melakukan amal yang terbaik. Kaidah usul fiqih menyebutkan bahwa kebaikan yang amalnya dirasakan orang lain lebih bermanfaat ketimbang yang manfaatnya dirasakan oleh diri sendiri. Apalagi jika spektrumnya lebih luas lagi. Amal itu bisa menyebabkan orang seluruh negeri merasakan manfaatnya. Karena itu tak heran jika para sahabat ketika ingin melakukan suatu kebaikan bertanya kepada Rasulullah, amal apa yang paling afdhol untuk dikerjakan. Ketika musim kemarau dan masyarakat kesulitan air, Rasulullah berkata membuat sumur adalah amal yang paling utama. Saat seseorang ingin berjihad sementara ia punya ibu yang sudah sepuh dan tidak ada yang merawat, Rasulullah menyebut berbakti kepada si ibu adalah amal yang paling utama bagi orang itu.
Ketiga, karena ia melakukan kebaikan yang sangat besar pahalanya. Berbuat sesuatu untuk orang lain besar pahalanya. Bahkan Rasulullah saw. berkata, “Seandainya aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi suatu kebutuhannya, maka itu lebih aku cintai daripada I;tikaf sebulan di masjidku ini.” (Thabrani). Subhanallah.
Keempat, memberi manfaat kepada orang lain tanpa pamrih, mengundang kesaksian dan pujian orang yang beriman. Allah swt. mengikuti persangkaan hambanya. Ketika orang menilai diri kita adalah orang yang baik, maka Allah swt. menggolongkan kita ke dalam golongan hambanya yang baik-baik.
Pernah suatu ketika lewat orang membawa jenazah untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut orang itu sebagai orang yang tidak baik. Kemudian lewat lagi orang-orang membawa jenazah lain untuk diantar ke kuburnya. Para sahabat menyebut-nyebut kebaikan si mayit. Rasulullah saw. membenarkan. Seperti itu jugalah Allah swt. Karena itu di surat At-Taubah ayat 105, Allah swt. menyuruh Rasulullah saw. untuk memerintahkan kita, orang beriman, untuk beramal sebaik-baiknya amal agar Allah, Rasul, dan orang beriman menilai amal-amal kita. Di hari akhir, Rasul dan orang-orang beriman akan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa kita seperti yang mereka saksikan di dunia.
Untuk bisa menjadi orang yang banyak memberi manfaat kepada orang lain, kita perlu menyiapkan beberapa hal dalam diri kita. Pertama, tingkatkan derajat keimanan kita kepada Allah swt. Sebab, amal tanpa pamrih adalah amal yang hanya mengharap ridho kepada Allah. Kita tidak meminta balasan dari manusia, cukup dari Allah swt. saja balasannya. Ketika iman kita tipis terkikis, tak mungkin kita akan bisa beramal ikhlas Lillahi Ta’ala.
Ketika iman kita memuncak kepada Allah swt., segala amal untuk memberi manfaat bagi orang lain menjadi ringan dilakukan. Bilal bin Rabah bukanlah orang kaya. Ia hidup miskin. Namun kepadanya, Rasulullah saw. memerintahkan untuk bersedekah. Sebab, sedekah tidak membuat rezeki berkurang. Begitu kata Rasulullah saw. Bilal mengimani janji Rasulullah saw. itu. Ia tidak ragu untuk bersedekah dengan apa yang dimiliki dalam keadaan sesulit apapun.
Kedua, untuk bisa memberi manfaat yang banyak kepada orang lain tanpa pamrih, kita harus mengikis habis sifat egois dan rasa serakah terhadap materi dari diri kita. Allah swt. memberi contoh kaum Anshor. Lihat surat Al-Hasyr ayat 9. Merekalah sebaik-baik manusia. Memberikan semua yang mereka butuhkan untuk saudara mereka kaum Muhajirin. Bahkan, ketika kaum Muhajirin telah mapan secara financial, tidak terbetik di hati mereka untuk meminta kembali apa yang pernah mereka beri.
Yang ketiga, tanamkan dalam diri kita logika bahwa sisa harta yang ada pada diri kita adalah yang telah diberikan kepada orang lain. Bukan yang ada dalam genggaman kita. Logika ini diajarkan oleh Rasulullah saw. kepada kita. Suatu ketika Rasulullah saw. menyembelih kambing. Beliau memerintahkan seoran sahabat untuk menyedekahkan daging kambing itu. Setelah dibagi-bagi, Rasulullah saw. bertanya, berapa yang tersisa. Sahabat itu menjawab, hanya tinggal sepotong paha. Rasulullah saw. mengoreksi jawaban sahabat itu. Yang tersisa bagi kita adalah apa yang telah dibagikan.
Begitulah. Yang tersisa adalah yang telah dibagikan. Itulah milik kita yang hakiki karena kekal menjadi tabungan kita di akhirat. Sementara, daging paha yang belum dibagikan hanya akan menjadi sampah jika busuk tidak sempat kita manfaatkan, atau menjadi kotoran ketika kita makan. Begitulah harta kita. Jika kita tidak memanfaatkannya untuk beramal, maka tidak akan menjadi milik kita selamanya. Harta itu akan habis lapuk karena waktu, hilang karena kematian kita, dan selalu menjadi intaian ahli waris kita. Maka tak heran jika dalam sejarah kita melihat bahwa para sahabat dan salafussaleh enteng saja menginfakkan uang yang mereka miliki. Sampai sampai tidak terpikirkan untuk menyisakan barang sedirham pun untuk diri mereka sendiri.
Keempat, kita akan mudah memberi manfaat tanpa pamrih kepada orang lain jika dibenak kita ada pemahaman bahwa sebagaimana kita memperlakukan seperti itu jugalah kita akan diperlakukan. Jika kita memuliakan tamu, maka seperti itu jugalah yang akan kita dapat ketika bertamu. Ketika kita pelit ke tetangga, maka sikap seperti itu jugalah yang kita dari tetangga kita.
Kelima, untuk bisa memberi, tentu Anda harus memiliki sesuatu untuk diberi. Kumpulkan bekal apapun bentuknya, apakah itu finansial, pikiran, tenaga, waktu, dan perhatian. Jika kita punya air, kita bisa memberi minum orang yang harus. Jika punya ilmu, kita bisa mengajarkan orang yang tidak tahu. Ketika kita sehat, kita bisa membantu beban seorang nenek yang menjinjing tak besar. Luangkan waktu untuk bersosialisasi, dengan begitu kita bisa hadir untuk orang-orang di sekitar kita.
DALIL YG MEMBOLEHKAN MENDENGARKAN MUSIK
Hadits Pertama :
============
Diriwayatkan oleh Buraidah bahwa Rasulullah SAW hendak menuju perperangan, ketika kembali dari perperangan seorang Jariyyah hitam datang menghampiri Rasulullah SAW seraya berkata ”wahai Rasulullah SAW sesungguhnya aku telah bernadzar apabila Engkau kembali dengan selamat aku akan menabuh Duff dan bernyanyi di hadapanmu, Rasulullah SAW bersabda ”apabila kau telah bernadzar maka tabuhlah sekarang karena apabila tidak maka engkau telah melanggar nadzarmu”. Kemudian Jariyyah tersebut menabuh Duff dan bernyanyi, kemudian Abu Bakar ra masuk ke rumah Rasulullah SAW ketika Jariyyah itu masih menabuh Duff dan bernyanyi, kemudian ketika Ali ra masuk dia masih menabuhnya dan ketika Utsman ra masuk dia juga tetap menabuh, ketika Umar ra masuk beliau langsung melemparkan Duff itu ke arahnya yang kemudian Jariyyah itu duduk. Lalu Rasulullah SAW bersabda ”wahai Umar sungguh setan akan takut kepadamu, sungguh ketika Aku duduk, dia menabuh Duff, ketika Abu Bakar masuk dia juga masih demikian, Ketika Ali masuk juga demikian, ketika Utsman masuk dia juga tetap menabuhnya akan tetapi ketika engkau masuk wahai Umar engkau lemparkan Duff itu”.
(Hadis Sunan Tirmidzi no 3690 dimana At Tirmidzi mengatakan hadis ini hasan shahih gharib, hadis ini juga dinyatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi. Juga diriwayatkan dalam Musnad Ahmad bab Buraidah no 22989 dengan sanad yang kuat, dan diriwayatkan dalam Shahih Ibnu Hibban hadis no 6892).
Hadits ini adalah bukti jelas dibolehkannya menabuh Duff(sejenis alat musik tabuh) dan bernyanyi. Tidak boleh bernadzar dalam hal yang diharamkan atau dalam bermaksiat kepada Allah, hal ini sudah sangat jelas. Izin Rasulullah SAW melalui kata-kata tunaikanlah nadzarmu menjadi bukti kuat kebolehan menabuh duff dan bernyanyi. Sedangkan sikap Umar ra itu adalah kecenderungannya yang tidak suka mendengarkan duff dan nyanyian. Adalah aneh sekali jika menganggap sikap Umar ra sebagai menunjukkan haramnya menabuh musik dan bernyanyi karena kalau memang haram tidak mungkin dari awal Rasulullah SAW membiarkannya termasuk Abu Bakar ra, Ali ra dan Usman ra. Adalah lucu sekali berpendapat Umar ra tahu itu haram sedangkan Rasulullah SAW tidak, yang seperti ini jelas tidak benar. Oleh karena itu sikap Umar ra tidak lain adalah kecenderungan pribadinya.
Hadits Kedua
===========
Diriwayatkan dari Rubayyi’ binti Mu’awwidz beliau berkata ”Rasulullah SAW datang, pagi-pagi ketika pernikahan saya kemudian Beliau SAW duduk dikursiku seperti halnya kau duduk sekarang ini di depanku, kemudian aku menyuruh para Jariyah memainkan Duff,dengan menyanyikan lagu-lagu balada orang tua kami yang syahid pada perang Badr, mereka terus bernyanyi dengan syair yang mereka kuasai, sampai salah seorang dari mereka mengucapkan syair yang berbunyi…”Diantara kita telah hadir seorang Nabi yang mengetahui hari depan”…Maka Nabi SAW bersabda ”Adapun syair ini janganlah kamu nyanyikan”.(Hadis Shahih Bukhari Kitab Nikah Bab Dharbal Duff Al Nikah Wa Al Walimah no 5147, juga diriwayatkan dalam Shahih Ibnu Hibban no 5878).
Hadits ini juga mengisyaratkan bolehnya memainkan Duff dan bernyanyi, hal ini
berdasarkan taqrir atau diamnya Nabi saat Jariyyah tersebut memainkan duff dan bernyanyi. Bukhari telah meriwayatkan hadis ini dalam Bab Dharbal Duff Al Nikah Wa Al Walimah(Memukul Tambur Selama Pernikahan). Perkataan Nabi SAW ”Adapun syair ini janganlah kamu nyanyikan” merujuk kepada syair yang berbunyi..”Diantara kita telah hadir seorang Nabi yang mengetahui hari depan”, Nabi melarang kata-kata dalam syair ini karena Hanya Allah SWT yang mengetahui hari depan.
Hadits Ketiga
===========
Dari Aisyah ra Suatu hari Abu Bakar ra masuk ke rumah Rasul SAW disana ada dua jariyah yang sedang bernyanyi dengan memainkan rebana, mereka sudah biasa bernyanyi, sedangkan Rasulullah SAW terhalang dengan tirainya. Abu Bakar melarang keduanya sehingga Rasulullah SAW membuka tirai sambil bersabda ”Wahai Abu Bakar biarkanlah(mereka bernyanyi) karena hari ini adalah hari Id(hari raya)”. (Hadis Shahih Bukhari dan Shahih Muslim sebagaimana disampaikan Syaikh Al Albani dalam Ghayatul Maram Takhrij Al Halal Wal Haram Fil Islam hadis ke 399Al Maktab Al Islami Al Ula hal 227).
Hadits ini juga menjadi dasar bolehnya bernyanyi dan memainkan gendang atau rebana. Hal ini tampak jelas dari kata-kata Nabi SAW ”Biarkanlah”. Tidak mungkin Nabi SAW membiarkan yang haram. Sedangkan anggapan sebagian orang bahwa yang dibolehkan hanya pada hari raya sedangkan selain hari raya itu dilarang adalah anggapan yang tidak benar. Pertama sudah jelas dalam dua hadis sebelumnya nyanyian dibolehkan ketika nadzar dan pernikahan bukankah itu artinya selain hari raya. Kedua dalam hari raya tidak dibolehkan melakukan sesuatu yang haram. Bagaimana mungkin sesutu yang haram menjadi halal karena hari raya. Oleh karena itu tidak beralasan menyatakan nyanyian itu haram.
Hadits Keempat
============
Diriwayatkan dari Aisyah ra yang berkata ”di kamarku ada Jariyyah Anshar kemudian aku menikahkannya maka Rasulullah SAW masuk pada hari pernikahannya itu Beliau SAW sama sekali tidak mendengar nyanyian ataupun lahwu(permainan) kemudian Beliau SAW bersabda ”wahai Aisyah apakah engkau tidak memberikan nyanyian untuknya?”. Kemudian Beliau SAW bersabda lagi ”bukankah di kampung ini kampungnya orang Anshar yang mereka itu sangat menyukai nyanyian”.(Hadis dalam Shahih Ibnu Hibban no 5875 semua perawinya tsiqat).
Begitu pula dalam hadits ini yang berkesan adanya anjuran nyanyian atau hiburan dalam pernikahan. Hal ini setidaknya membuktikan nyanyian itu tidak haram karena Nabi SAW telah mengizinkannya dalam pernikahan.
Hadits kelima
============
Dari Amir bin Said dia berkata ”Aku masuk ke rumah Abi Mas’ud dan Qardhah bin Ka’ab dan diantara mereka ada beberapa Jariyah yang sedang bernyanyi, kemudian aku bertanya ”Apakah kalian melakukan semua ini padahal kalian itu sahabat Nabi SAW?” Abu Amir berkata lalu keduanya menjawab ”duduklah, jika engkau suka dengarkanlah bersama kami, akan tetapi jika tidak pergilah sungguh kami telah diberikan keringanan untuk bersuka ria selama walimah pernikahan”(Hadis Sunan An Nasa’i Bab Al Lahwu Wa Al Ghina ’Inda Al ’Arus hadis no 3168, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih An Nasa’i).
Hadits ini juga menjadi dasar dibolehkannya nyanyian karena para sahabat ra sendiri juga mendengarkan nyanyian. Ketika ditanya kenapa mendengarkan nyanyian padahal mereka sahabat Rasulullah SAW, maka mereka menjawab bahwa Rasulullah SAW telah memberikan keringanan dalam hal ini atau telah dibolehkan oleh Rasulullah SAW yaitu ketika walimah pernikahan.
============
Diriwayatkan oleh Buraidah bahwa Rasulullah SAW hendak menuju perperangan, ketika kembali dari perperangan seorang Jariyyah hitam datang menghampiri Rasulullah SAW seraya berkata ”wahai Rasulullah SAW sesungguhnya aku telah bernadzar apabila Engkau kembali dengan selamat aku akan menabuh Duff dan bernyanyi di hadapanmu, Rasulullah SAW bersabda ”apabila kau telah bernadzar maka tabuhlah sekarang karena apabila tidak maka engkau telah melanggar nadzarmu”. Kemudian Jariyyah tersebut menabuh Duff dan bernyanyi, kemudian Abu Bakar ra masuk ke rumah Rasulullah SAW ketika Jariyyah itu masih menabuh Duff dan bernyanyi, kemudian ketika Ali ra masuk dia masih menabuhnya dan ketika Utsman ra masuk dia juga tetap menabuh, ketika Umar ra masuk beliau langsung melemparkan Duff itu ke arahnya yang kemudian Jariyyah itu duduk. Lalu Rasulullah SAW bersabda ”wahai Umar sungguh setan akan takut kepadamu, sungguh ketika Aku duduk, dia menabuh Duff, ketika Abu Bakar masuk dia juga masih demikian, Ketika Ali masuk juga demikian, ketika Utsman masuk dia juga tetap menabuhnya akan tetapi ketika engkau masuk wahai Umar engkau lemparkan Duff itu”.
(Hadis Sunan Tirmidzi no 3690 dimana At Tirmidzi mengatakan hadis ini hasan shahih gharib, hadis ini juga dinyatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi. Juga diriwayatkan dalam Musnad Ahmad bab Buraidah no 22989 dengan sanad yang kuat, dan diriwayatkan dalam Shahih Ibnu Hibban hadis no 6892).
Hadits ini adalah bukti jelas dibolehkannya menabuh Duff(sejenis alat musik tabuh) dan bernyanyi. Tidak boleh bernadzar dalam hal yang diharamkan atau dalam bermaksiat kepada Allah, hal ini sudah sangat jelas. Izin Rasulullah SAW melalui kata-kata tunaikanlah nadzarmu menjadi bukti kuat kebolehan menabuh duff dan bernyanyi. Sedangkan sikap Umar ra itu adalah kecenderungannya yang tidak suka mendengarkan duff dan nyanyian. Adalah aneh sekali jika menganggap sikap Umar ra sebagai menunjukkan haramnya menabuh musik dan bernyanyi karena kalau memang haram tidak mungkin dari awal Rasulullah SAW membiarkannya termasuk Abu Bakar ra, Ali ra dan Usman ra. Adalah lucu sekali berpendapat Umar ra tahu itu haram sedangkan Rasulullah SAW tidak, yang seperti ini jelas tidak benar. Oleh karena itu sikap Umar ra tidak lain adalah kecenderungan pribadinya.
Hadits Kedua
===========
Diriwayatkan dari Rubayyi’ binti Mu’awwidz beliau berkata ”Rasulullah SAW datang, pagi-pagi ketika pernikahan saya kemudian Beliau SAW duduk dikursiku seperti halnya kau duduk sekarang ini di depanku, kemudian aku menyuruh para Jariyah memainkan Duff,dengan menyanyikan lagu-lagu balada orang tua kami yang syahid pada perang Badr, mereka terus bernyanyi dengan syair yang mereka kuasai, sampai salah seorang dari mereka mengucapkan syair yang berbunyi…”Diantara kita telah hadir seorang Nabi yang mengetahui hari depan”…Maka Nabi SAW bersabda ”Adapun syair ini janganlah kamu nyanyikan”.(Hadis Shahih Bukhari Kitab Nikah Bab Dharbal Duff Al Nikah Wa Al Walimah no 5147, juga diriwayatkan dalam Shahih Ibnu Hibban no 5878).
Hadits ini juga mengisyaratkan bolehnya memainkan Duff dan bernyanyi, hal ini
berdasarkan taqrir atau diamnya Nabi saat Jariyyah tersebut memainkan duff dan bernyanyi. Bukhari telah meriwayatkan hadis ini dalam Bab Dharbal Duff Al Nikah Wa Al Walimah(Memukul Tambur Selama Pernikahan). Perkataan Nabi SAW ”Adapun syair ini janganlah kamu nyanyikan” merujuk kepada syair yang berbunyi..”Diantara kita telah hadir seorang Nabi yang mengetahui hari depan”, Nabi melarang kata-kata dalam syair ini karena Hanya Allah SWT yang mengetahui hari depan.
Hadits Ketiga
===========
Dari Aisyah ra Suatu hari Abu Bakar ra masuk ke rumah Rasul SAW disana ada dua jariyah yang sedang bernyanyi dengan memainkan rebana, mereka sudah biasa bernyanyi, sedangkan Rasulullah SAW terhalang dengan tirainya. Abu Bakar melarang keduanya sehingga Rasulullah SAW membuka tirai sambil bersabda ”Wahai Abu Bakar biarkanlah(mereka bernyanyi) karena hari ini adalah hari Id(hari raya)”. (Hadis Shahih Bukhari dan Shahih Muslim sebagaimana disampaikan Syaikh Al Albani dalam Ghayatul Maram Takhrij Al Halal Wal Haram Fil Islam hadis ke 399Al Maktab Al Islami Al Ula hal 227).
Hadits ini juga menjadi dasar bolehnya bernyanyi dan memainkan gendang atau rebana. Hal ini tampak jelas dari kata-kata Nabi SAW ”Biarkanlah”. Tidak mungkin Nabi SAW membiarkan yang haram. Sedangkan anggapan sebagian orang bahwa yang dibolehkan hanya pada hari raya sedangkan selain hari raya itu dilarang adalah anggapan yang tidak benar. Pertama sudah jelas dalam dua hadis sebelumnya nyanyian dibolehkan ketika nadzar dan pernikahan bukankah itu artinya selain hari raya. Kedua dalam hari raya tidak dibolehkan melakukan sesuatu yang haram. Bagaimana mungkin sesutu yang haram menjadi halal karena hari raya. Oleh karena itu tidak beralasan menyatakan nyanyian itu haram.
Hadits Keempat
============
Diriwayatkan dari Aisyah ra yang berkata ”di kamarku ada Jariyyah Anshar kemudian aku menikahkannya maka Rasulullah SAW masuk pada hari pernikahannya itu Beliau SAW sama sekali tidak mendengar nyanyian ataupun lahwu(permainan) kemudian Beliau SAW bersabda ”wahai Aisyah apakah engkau tidak memberikan nyanyian untuknya?”. Kemudian Beliau SAW bersabda lagi ”bukankah di kampung ini kampungnya orang Anshar yang mereka itu sangat menyukai nyanyian”.(Hadis dalam Shahih Ibnu Hibban no 5875 semua perawinya tsiqat).
Begitu pula dalam hadits ini yang berkesan adanya anjuran nyanyian atau hiburan dalam pernikahan. Hal ini setidaknya membuktikan nyanyian itu tidak haram karena Nabi SAW telah mengizinkannya dalam pernikahan.
Hadits kelima
============
Dari Amir bin Said dia berkata ”Aku masuk ke rumah Abi Mas’ud dan Qardhah bin Ka’ab dan diantara mereka ada beberapa Jariyah yang sedang bernyanyi, kemudian aku bertanya ”Apakah kalian melakukan semua ini padahal kalian itu sahabat Nabi SAW?” Abu Amir berkata lalu keduanya menjawab ”duduklah, jika engkau suka dengarkanlah bersama kami, akan tetapi jika tidak pergilah sungguh kami telah diberikan keringanan untuk bersuka ria selama walimah pernikahan”(Hadis Sunan An Nasa’i Bab Al Lahwu Wa Al Ghina ’Inda Al ’Arus hadis no 3168, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih An Nasa’i).
Hadits ini juga menjadi dasar dibolehkannya nyanyian karena para sahabat ra sendiri juga mendengarkan nyanyian. Ketika ditanya kenapa mendengarkan nyanyian padahal mereka sahabat Rasulullah SAW, maka mereka menjawab bahwa Rasulullah SAW telah memberikan keringanan dalam hal ini atau telah dibolehkan oleh Rasulullah SAW yaitu ketika walimah pernikahan.
I may not be beside you every day
I may run out of tender words to say
Can't promise you the world
When all i have is Love
Only love
I may not be the one you'r thinking of
I may NOT FIT YOUR PERFECT DREAM OF LOVE
One thing i know for sure
And you can rest assure
My love is always yours
Oh baby
WON'T YOU LOOK INTO MY EYES AND SEE
BEYOND THE THINGS I'M NOT, THERE'S LOVE INSIDE OF ME
JUST LOVE ME FÖR EVERYTHING I AM, LOVE ME
THE LIGHTER SIDE, THE DARKESS SIDE
TRY TO LOVE ME FOR EVERYTHING I AM
You, you've been inside
You've seen the darkest side of me
I've shown you everything i am, everything ...
ISTRI SHOLEHAH MENCINTAI ILMU
Saudaraku, para suami yang shalih…
Ingatlah bahwa salah satu tanda istri yang shalihah adalah penuh perhatian dan cinta kepada ilmu, dan sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu agama. Bila sifat itu belum ada pada istrimu maka doronglah ia kepadanya. Dan jika sudah, maka usahakanlah untuk memberi kelapangan jalan untuk menuju ke sana. Memang, pada ilmu terdapat kenikmatan dan pada kebodohan bersemayam segudang penderitaan.
‘Aisyah rodhiyallahu ‘anha telah memuji wanita Anshor karena cinta mereka kepada ilmu. Ia berkata:
Untuk memenuhi anjuran ini usahakan agar rumahmu ada perpustakaan, meskipun sederhana. Milikilah sarana pengetahuan yang bervariasi, seperti buku, radio, tape recorder ataupun CD-CD yang bermanfaat.
Ingatlah, semakin bertambah ketaqwaan dan keshalihan istrimu, maka engkaulah orang pertama yang akan menikmatinya.
Sungguh mengherankan, ada suami yang sepertinya merasa takut apabila istrinya lebih berilmu daripadanya. Ada juga suami yang giat berda’wah dan menyebarkan ilmu di tengah masyarakat, sementara ia biarkan istrinya hidup dalam kebodohan. Ia merana dan merugi serta tidak berkembang pengetahuannya.
Apakah Rasulullooh shololloohi ‘alahi wassalaam memang mengajari kira seperti itu?
Sekali-kali tidak, bahkan beliau adalah sosok suami yang memberikan perhatian penuh kepada keluarganya. Beliau membagi waktunya, sebagian untuk Robb-Nya, sebagian untuk keluarganya,dan sebagian lagi untuk ummatnya.
Rasulullah shololloohu ‘alahi wassalaam bersabda:
”Sesunguhnya Robbmu punya hak atasmu, dirimu punya hak atasmu, keluargamu juga punya hak atasmu maka berikanlah setiap orang haknya.
Ingatlah bahwa salah satu tanda istri yang shalihah adalah penuh perhatian dan cinta kepada ilmu, dan sebaik-baiknya ilmu adalah ilmu agama. Bila sifat itu belum ada pada istrimu maka doronglah ia kepadanya. Dan jika sudah, maka usahakanlah untuk memberi kelapangan jalan untuk menuju ke sana. Memang, pada ilmu terdapat kenikmatan dan pada kebodohan bersemayam segudang penderitaan.
‘Aisyah rodhiyallahu ‘anha telah memuji wanita Anshor karena cinta mereka kepada ilmu. Ia berkata:
”sebaik-baik wanita adalah wanita Anshor. Rasa malu tidak menghalangi mereka memperdalam agama.”Karena itu bantulah ia dan berikanlah kesempatan serta fasilitas untuk menambah khazanah ilmunya. Temanilah ia dan tidak ada salahnya engkau menggantikan tugasnya menjaga anak-anak agar istrimu bisa menghadiri majelis-majelis ilmu dan mendengarkan nasehat yang berharga.
Untuk memenuhi anjuran ini usahakan agar rumahmu ada perpustakaan, meskipun sederhana. Milikilah sarana pengetahuan yang bervariasi, seperti buku, radio, tape recorder ataupun CD-CD yang bermanfaat.
Ingatlah, semakin bertambah ketaqwaan dan keshalihan istrimu, maka engkaulah orang pertama yang akan menikmatinya.
Sungguh mengherankan, ada suami yang sepertinya merasa takut apabila istrinya lebih berilmu daripadanya. Ada juga suami yang giat berda’wah dan menyebarkan ilmu di tengah masyarakat, sementara ia biarkan istrinya hidup dalam kebodohan. Ia merana dan merugi serta tidak berkembang pengetahuannya.
Apakah Rasulullooh shololloohi ‘alahi wassalaam memang mengajari kira seperti itu?
Sekali-kali tidak, bahkan beliau adalah sosok suami yang memberikan perhatian penuh kepada keluarganya. Beliau membagi waktunya, sebagian untuk Robb-Nya, sebagian untuk keluarganya,dan sebagian lagi untuk ummatnya.
Rasulullah shololloohu ‘alahi wassalaam bersabda:
“Sesungguhnya istrimu punya hak atasmu, tamumu punya hak atasmu dan jasadmu juga punya hak atasmu”Nabi shalallahu ‘alaihi wassalaam juga membenarkan ucapan Salman yang berkata,
”Sesunguhnya Robbmu punya hak atasmu, dirimu punya hak atasmu, keluargamu juga punya hak atasmu maka berikanlah setiap orang haknya.
Teruntuk Saudaraku
Teruntuk saudaraku yang hatinya sedang diremukkan ...
Jangan kau tahan air mata yang mengalir deras jika itu membuatmu tenang ..
Awan hitam itu selalu menyimpan pelangi, saudaraku ..
begitupun sang penggenggam nyawa ..
DIA selalu mempunyai rahasia yang bijaksana untuk membuat dewasa setiap makhlukNYA.
Teruntuk saudaraku yang hatinya sedang diremukkan ..
Jangan berikan celah pada syaitan yang membuat semangatmu terlemahkan.
Perihnya lukamu dapat kurasakan ..
Air matamu begitu fasih, membuat air mataku luruh dalam perih.
Tapi itu bukan isyarat runtuhnya langit ..
ataupun robeknya kulit bumi ..
Allah menempa pribadi tangguhmu dalam buliran air matamu ..
Dalam jeritan derita banthinmu ..
Dalam rintihan sesaknya nafasmu ..
Jika kau mampu melewati semua ini dengan kesabaran,
DIA akan menyiapkan sesuatu yang indah yang menantimu ..
Dalam kesabaran munajat panjangmu,
meski tajamnya duri menusukmu begitu perih ..
ingatlah aku kan selalu berdo'a disini untukmu .. untukmu ..
Jangan kau tahan air mata yang mengalir deras jika itu membuatmu tenang ..
Awan hitam itu selalu menyimpan pelangi, saudaraku ..
begitupun sang penggenggam nyawa ..
DIA selalu mempunyai rahasia yang bijaksana untuk membuat dewasa setiap makhlukNYA.
Teruntuk saudaraku yang hatinya sedang diremukkan ..
Jangan berikan celah pada syaitan yang membuat semangatmu terlemahkan.
Perihnya lukamu dapat kurasakan ..
Air matamu begitu fasih, membuat air mataku luruh dalam perih.
Tapi itu bukan isyarat runtuhnya langit ..
ataupun robeknya kulit bumi ..
Allah menempa pribadi tangguhmu dalam buliran air matamu ..
Dalam jeritan derita banthinmu ..
Dalam rintihan sesaknya nafasmu ..
Jika kau mampu melewati semua ini dengan kesabaran,
DIA akan menyiapkan sesuatu yang indah yang menantimu ..
Dalam kesabaran munajat panjangmu,
meski tajamnya duri menusukmu begitu perih ..
ingatlah aku kan selalu berdo'a disini untukmu .. untukmu ..
KEBERSAMAAN
Sahabatku, aku tak tahu senyum mana yang lebih indah. Apakah saat kau bersabar atas ujian ataukah saat kau bersyukur dalam bahagia pada keduanya kutemukan ketulusan, aku belajar tersenyum darimu meski mungkin engkau tak pernah tahu ...
Sahabatku, bantu aku teguhkan jiwa .. entah kenapa kadang lelah menerpa mungkin karena kuayun langkah sedang sorot mataku tak terlalu tajam menangkap tatap sayang dari seberang sana .. ( maafkan atas kemanjaanku )
Sahabatku, yakinkanlah bisik munajat do'amu kau lantunkan pada sujud panjangmu. Aku titipkan do'aku untukmu kepada-Nya agar rasa sayang diantara kita kekal karena-Nya ...
PEMIMPIN ITU BUKAN BOSS
Seorang sahabat bertanya ... " Bagaimana menghadapi seorang suami yg otoriter .. dia selalu berkata, suami itu pemimpin rumah tangga, jadi kamu yg jadi istri harus taat! ..
Saya akan menguraikan tentang arti pemimpin (imam) dalam Islam ..
Seorang pemimpin adalah seseorang yg melindungi dan senantiasa memberikan rasa tentram di hati makmumnya .. yg menentramkan jiwa, mengokohkan rohani, memberikan pencerahan2 pada akalnya, dan memberikan contoh bukan hanya nasehat.
Kepemimpinan adalah yg memadukan ketegasan dan kelembutan .. Yang menebarkan cinta, bukan yg membuat takut. Yang mengedepankan kemauan baik, bukan menggunakan otoritasnya ..
Saya teringat kalimat berikut ini, BE A LEADER, NOT A BOSS ... yg diuraikan dalam kalimat2 di bawah ini :
Seorang boss selalu memegang kendali; seorang pemimpin memberikan inspirasi.
Seorang boss selalu berkata AKU; Seorang pemimpin selalu berkata KITA.
Seorang boss menunjuk siapa yg salah; Seorang pemimpin menunjukkan bagaimana memperbaiki kesalahan.
Seorang boss terima beres; Seorang pemimpin menunjukkan bagaimana cara yg harus dilakukan.
Seorang boss tidak peduli; Seorang pemimpin peduli.
Seorang boss selalu meminta dihargai; Seorang pemimpin meminta untuk saling menghargai.
Seorang boss memberikan rasa "ditakuti" ; Seorang pemimpin memberikan rasa dicintai.
Untuk sahabatku, dan juga para suami yg merasa dirinya seorang pemimpin .. butir2 sikap yg saya kompilasi diatas hanyalah SATU VERSI rangkaian sikap yg ditunjukkan Rasulullah .. Setiap manusia mempunyai keunikan selera dan nilai rasa ..
Sungguh-sungguh mencintai adalah sungguh-sungguh memahami ..
Ketika kau mencintai, katakan bahwa kau mencintai dan begitu berartinya dia .. dan katakan kebahagiaannya adalah kebahagiaanmu .. kesedihannya adalah kesedihanmujuga.
Kau beri ia perlindungan dan kenyamanan ..
Kau beri ia kepercayaan dan kelembutan ....
Maka kau akan dapati ia pun menjagamu dan senantiasa ada di sampingmu dalam suka dan dukamu ...
What a wonderful life ... ^_^
Saya akan menguraikan tentang arti pemimpin (imam) dalam Islam ..
Seorang pemimpin adalah seseorang yg melindungi dan senantiasa memberikan rasa tentram di hati makmumnya .. yg menentramkan jiwa, mengokohkan rohani, memberikan pencerahan2 pada akalnya, dan memberikan contoh bukan hanya nasehat.
Kepemimpinan adalah yg memadukan ketegasan dan kelembutan .. Yang menebarkan cinta, bukan yg membuat takut. Yang mengedepankan kemauan baik, bukan menggunakan otoritasnya ..
Saya teringat kalimat berikut ini, BE A LEADER, NOT A BOSS ... yg diuraikan dalam kalimat2 di bawah ini :
Seorang boss selalu memegang kendali; seorang pemimpin memberikan inspirasi.
Seorang boss selalu berkata AKU; Seorang pemimpin selalu berkata KITA.
Seorang boss menunjuk siapa yg salah; Seorang pemimpin menunjukkan bagaimana memperbaiki kesalahan.
Seorang boss terima beres; Seorang pemimpin menunjukkan bagaimana cara yg harus dilakukan.
Seorang boss tidak peduli; Seorang pemimpin peduli.
Seorang boss selalu meminta dihargai; Seorang pemimpin meminta untuk saling menghargai.
Seorang boss memberikan rasa "ditakuti" ; Seorang pemimpin memberikan rasa dicintai.
Untuk sahabatku, dan juga para suami yg merasa dirinya seorang pemimpin .. butir2 sikap yg saya kompilasi diatas hanyalah SATU VERSI rangkaian sikap yg ditunjukkan Rasulullah .. Setiap manusia mempunyai keunikan selera dan nilai rasa ..
Sungguh-sungguh mencintai adalah sungguh-sungguh memahami ..
Ketika kau mencintai, katakan bahwa kau mencintai dan begitu berartinya dia .. dan katakan kebahagiaannya adalah kebahagiaanmu .. kesedihannya adalah kesedihanmujuga.
Kau beri ia perlindungan dan kenyamanan ..
Kau beri ia kepercayaan dan kelembutan ....
Maka kau akan dapati ia pun menjagamu dan senantiasa ada di sampingmu dalam suka dan dukamu ...
What a wonderful life ... ^_^
Sabtu, 11 Juni 2011
ANGER MANAGEMENT
MARAH ADALAH WUJUD SYAITHAN PADA EKSPRESI MANUSIA
Apakah anda sering marah? Baik kepada teman, saudara, orang tua, bawahan, murid atau bahkan dengan pacar atau istri anda sendiri. Mungkin sebagian besar jawabannya adalah “Ya”. Marah memang adalah sifat manusia yang muncul ketika emosinya memuncak dan kesabarannya habis. Ketika marah maka kita bisa melihat wajah menjadi merah, mata melotot, urat-urat diwajah terlihat, intonasi meningkat, ucapan kasar dan kadang – kadang ada yang disertai dengan perlakuan kasar seperti pukulan, tendangan atau bahkan amukan. Memang, ketika seseorang marah, dia cendrung jadi agresif dan emosi yang mengontrol dirinya, bukan lagi akal pikiran dan hatinya. Maka sangat wajar jika orang yang sangat marah bersikap seperti orang gila yang tidak punya akal lagi seperti orang yang kesetanan. Oleh karena itu, saya menulis judul tulisan ini “Marah, bentuk Setan paling nyata dalam diri manusia”. Sikap egois sangat menonjol ketika orang sedang marah, orang yang sedang marah hanya memikirkan diri sendiri tanpa tahu perasaan orang lain. Pada saat marah, Setan lah yang menguasai diri manusia, tidak ada kontrol lagi dan dia mungkin saja berbuat apa saja. Jika anda ingin melihat setan, Tidak usah jauh-jauh ke kuburan atau tepat angker, lihat saja orang yang sedang marah, itulah wujud setan paling nyata dalam diri manusia.
Banyak sekali pemicu kemarahan seperti : ketidakadilan orang tua pada anaknya, orang tua yang marah karena anaknya tidak patuh, pembagian tugas yang tidak merata di tempat kerja, keinginan yang tidak tercapai, ditolak cinta, patah hati, tidak lulus ujian, atau Cuma karena hari yang panas yang semuanya dikarenakan seseorang tidak mampu menyelesaikan suatu masalah dan beban hidup dengan baik. Marah sebenarnya tidak akan muncul begitu saja jika kita bisa mengontrolnya. Banyak hal yang bisa dilakukan daklam meredam amarah. Orang yang tidak pemarah bukan orang yang tidak pernah marah, tapi orang yang bisa menahan marah dan mengendalikannya.
Cara-cara meredam atau mengendalikan kemarahan:
1. Membaca Ta’awwudz. Rasulullah bersabda Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu A’uudzu billah mina-syaithaani-r-rajiim Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk (H.R. Bukhari Muslim).
2. Berwudlu. Rasulullah bersabda Kemarahan itu itu dari syetan, sedangkan syetan tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudlulah (H.R. Abud Dawud).
3. Duduk. Dalam sebuah hadist dikatakanKalau kalian marah maka duduklah, kalau tidak hilang juga maka bertiduranlah (H.R. Abu Dawud).
4. Diam. Dalam sebuah hadist dikatakan Ajarilah (orang lain), mudahkanlah, jangan mempersulit masalah, kalau kalian marah maka diamlah (H.R. Ahmad).
5. Bersujud, artinya shalat sunnah mininal dua rakaat. Dalam sebuah hadist dikatakan Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud). (H.R. Tirmidzi)
Banyak sekali kerugian yang kita alami jika kita marah anatara lain :
1. Rusaknya hubungan baik dengan orang yang kita marahi karena ucapan dan kata-kata kasar yang kita lontarkan pada saat marah bisa menyinggung hati orang.
2. Menambah Musuh. Semakin sering kita marah dengan orang, semakin banyak musuh yang membenci dan siap menghancurkan andqLelah fisik dan mental, pada saat kita marah otot-otot kita bekerja lebih keras sehingga kit akan mudah lelah dan akan mudah sakit.
3. Jauh dari rezeki, siapa yang mau dekat-dekat dengan orang pemarah, ngga ada mungkin. Semakin sedikit punya teman, artinya semakin sedikit juga rezeki anda.
4. Hubungan yang terpaksa dan semu. Jika anda seorang atasan atau orang tua yang pemarah. Maka kepatuhan bawahan atau anak anda adalah sebuah kepatuhan semu, kepatuhan yang disebabkan karena terpaksa dan takut dimarahi. Akibatnya, jika anda tidak ada, maka mereka akan merasa bebas dan bertingkah laku semaunya. Apakah itu yang dinamakan pemimpin yang berhasil?
Dalam Hadist Qudsi Allah Berfirman : " Ingatlah AKU ketika kalian marah, maka AKU akan mengingat kalian ketika AKU murka. "
Artinya, jika amarah terasa menyesakan dada, ingatlah kepada Allah .. Insya Allah amarah akan dapat kita kendalikan.
Sedikit saran dari saya untuk orang – orang yang terpaksa harus marah yaitu sadarilah ketika anda ingin marah, persiapkanlah diri anda dan kontrol emosi anda. Jangan pernah ucapkan kata-kata kasar dan niatkanlah marah anda tersebut untuk menyadarkan dan mendisiplinkan, bukan untuk menakuti atau bahkan menindas orang yang anda marahi. Semoga semua kita bisa mengontrol diri dari kemarahan dan bisa menjadi orang yang penyabar.. Amin.
Mengapa Harus Berjilbab ?
Assalamu'alaikum warohmatulllohi wabarokatuh.
Saudariku, jilbab adalah pakaian yang berfungsi untuk menutupi perhiasan dan keindahan dirimu, agar dia tidak dinikmati oleh sembarang orang. Ingatkah engkau ketika engkau membeli pakaian di pertokoan, mula-mula engkau melihatnya, memegangnya, mencobanya, lalu ketika kau jatuh cinta kepadanya, engkau akan meminta kepada pemilik toko untuk memberikanmu pakaian serupa yang masih baru dalam segel. Kenapa demikian? Karena engkau ingin mengenakan pakaian yang baru, bersih dan belum tersentuh oleh tangan-tangan orang lain. Jika demikian sikapmu pada pakaian yang hendak engkau beli, maka bagaimana sikapmu pada dirimu sendiri? Tentu engkau akan lebih memantapkan ’segel’nya, agar dia tetap ber’nilai jual’ tinggi, bukankah demikian? Saudariku, izinkan aku sedikit mengingatkanmu pada firman Rabb kita ‘Azza wa Jalla berikut ini,
Saudariku tercinta, Allah tidak semata-mata menurunkan perintah jilbab kepada kita tanpa ada hikmah dibalik semuanya. Allah telah mensyari’atkan jilbab atas kaum wanita, karena Allah Yang Maha Mengetahui menginginkan supaya kaum wanita mendapatkan kemuliaan dan kesucian di segala aspek kehidupan, baik dia adalah seorang anak, seorang ibu, seorang saudari, seorang bibi, atau pun sebagai seorang individu yang menjadi bagian dari masyarakat.
Allah menjadikan jilbab sebagai perangkat untuk melindungi kita dari berbagai “virus” ganas yang merajalela di luar sana. Sebagaimana yang pernah disabdakan oleh Abul Qasim Muhammad bin ‘Abdullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya,
Ibnu Khuzaimah (III/95) dan ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabiir (no. 10115), dari Shahabat ‘Abdullah bin Mas’udradhiyallahu ‘anhuma)
Saudariku, berjilbab bukan hanya sebuah identitas bagimu untuk menunjukkan bahwa engkau adalah seorang muslimah. Tetapi jilbab adalah suatu bentuk ketaatanmu kepada Allah Ta’ala, selain shalat, puasa, dan ibadah lain yang telah engkau kerjakan. Jilbab juga merupakan konsekuensi nyata dari seorang wanita yang menyatakan bahwa dia telah beriman kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain itu, jilbab juga merupakan lambang kehormatan, kesucian, rasa malu, dan kecemburuan. Dan semua itu Allah jadikan baik untukmu. Tidakkah hatimu terketuk dengan kasih sayang Rabb kita yang tiada duanya ini?
Wahai saudariku… Sadarkah engkau, siapa yang memerintahmu untuk mengenakan jilbab? Dia-lah Allah, Rabb-mu, Rabb seluruh manusia, Rabb alam semesta. Engkau telah melakukan berbagai perintah Allah yang berpangkal dari iman dan ketaatan, tetapi mengapa engkau beriman kepada sebagian ketetapan-Nya dan ingkar terhadap sebagian yang lain, padahal engkau mengetahui bahwa sumber dari semua perintah itu adalah satu, yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala?
Seperti shalat dan amalan lain yang senantiasa engkau kerjakan, maka berjilbab pun adalah satu amalan yang seharusnya juga engkau perhatikan. Allah Ta’ala telah menurunkan perintah hijab kepada setiap wanita mukminah. Maka itu berarti bahwa hanya wanita-wanita yang memiliki iman yang ridha mengerjakan perintah ini. Adakah engkau tidak termasuk ke dalam golongan wanita mukminah?
Ingatlah saudariku, bahwa sesungguhnya keadaanmu yang tidak berjilbab namun masih mengerjakan amalan-amalan lain, adalah seperti orang yang membawa satu kendi penuh dengan kebaikan akan tetapi kendi itu berlubang, karena engkau tidak berjilbab. Janganlah engkau sia-siakan amal shalihmu disebabkan orang-orang yang dengan bebas di setiap tempat memandangi dirimu yang tidak mengenakan jilbab. Silakan engkau bandingkan jumlah lelaki yang bukan mahram yang melihatmu tanpa jilbab setiap hari dengan jumlah pahala yang engkau peroleh, adakah sama banyaknya?
Duhai saudariku…Tahukah engkau bahwa sahnya iman seseorang itu terwujud dengan tiga hal, yakni meyakini sepenuhnya dengan hati, menyebutnya dengan lisan, dan melakukannya dengan perbuatan?
Seseorang yang beramal hanya sebatas perbuatan dan lisan, tanpa disertai dengan keyakinan penuh dalam hatinya, maka dia termasuk ke dalam golongan orang munafik. Sementara seseorang yang beriman hanya dengan hatinya, tanpa direalisasikan dengan amal perbuatan yang nyata, maka dia termasuk kepada golongan orang fasik. Keduanya bukanlah bagian dari golongan orang mukmin. Karena seorang mukmin tidak hanya meyakini dengan hati, tetapi dia juga merealisasikan apa yang diyakininya melalui lisan dan amal perbuatan. Dan jika engkau telah mengimani perintah jilbab dengan hatimu dan engkau juga telah mengakuinya dengan lisanmu, maka sempurnakanlah keyakinanmu itu dengan bersegera mengamalkan perintah jilbab.
masihkah engkau ragu untuk mengenakan pakaian taqwa ini??Ya Allah, semoga jilbab yang kami kenakan menjadi penolong kami untuk menjumpaiMU ..
Saudariku, jilbab adalah pakaian yang berfungsi untuk menutupi perhiasan dan keindahan dirimu, agar dia tidak dinikmati oleh sembarang orang. Ingatkah engkau ketika engkau membeli pakaian di pertokoan, mula-mula engkau melihatnya, memegangnya, mencobanya, lalu ketika kau jatuh cinta kepadanya, engkau akan meminta kepada pemilik toko untuk memberikanmu pakaian serupa yang masih baru dalam segel. Kenapa demikian? Karena engkau ingin mengenakan pakaian yang baru, bersih dan belum tersentuh oleh tangan-tangan orang lain. Jika demikian sikapmu pada pakaian yang hendak engkau beli, maka bagaimana sikapmu pada dirimu sendiri? Tentu engkau akan lebih memantapkan ’segel’nya, agar dia tetap ber’nilai jual’ tinggi, bukankah demikian? Saudariku, izinkan aku sedikit mengingatkanmu pada firman Rabb kita ‘Azza wa Jalla berikut ini,
“Katakanlah kepada wanita-wanita beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.’” (Qs. An-Nuur: 31)
Dan firman-Nya,“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Ahzaab: 59)
Saudariku tercinta, Allah tidak semata-mata menurunkan perintah jilbab kepada kita tanpa ada hikmah dibalik semuanya. Allah telah mensyari’atkan jilbab atas kaum wanita, karena Allah Yang Maha Mengetahui menginginkan supaya kaum wanita mendapatkan kemuliaan dan kesucian di segala aspek kehidupan, baik dia adalah seorang anak, seorang ibu, seorang saudari, seorang bibi, atau pun sebagai seorang individu yang menjadi bagian dari masyarakat.
Allah menjadikan jilbab sebagai perangkat untuk melindungi kita dari berbagai “virus” ganas yang merajalela di luar sana. Sebagaimana yang pernah disabdakan oleh Abul Qasim Muhammad bin ‘Abdullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya,
“Wanita itu adalah aurat, jika ia keluar rumah, maka syaithan akan menghiasinya.” (Hadits shahih. Riwayat Tirmidzi (no. 1173),
Ibnu Khuzaimah (III/95) dan ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabiir (no. 10115), dari Shahabat ‘Abdullah bin Mas’udradhiyallahu ‘anhuma)
Saudariku, berjilbab bukan hanya sebuah identitas bagimu untuk menunjukkan bahwa engkau adalah seorang muslimah. Tetapi jilbab adalah suatu bentuk ketaatanmu kepada Allah Ta’ala, selain shalat, puasa, dan ibadah lain yang telah engkau kerjakan. Jilbab juga merupakan konsekuensi nyata dari seorang wanita yang menyatakan bahwa dia telah beriman kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selain itu, jilbab juga merupakan lambang kehormatan, kesucian, rasa malu, dan kecemburuan. Dan semua itu Allah jadikan baik untukmu. Tidakkah hatimu terketuk dengan kasih sayang Rabb kita yang tiada duanya ini?
Wahai saudariku… Sadarkah engkau, siapa yang memerintahmu untuk mengenakan jilbab? Dia-lah Allah, Rabb-mu, Rabb seluruh manusia, Rabb alam semesta. Engkau telah melakukan berbagai perintah Allah yang berpangkal dari iman dan ketaatan, tetapi mengapa engkau beriman kepada sebagian ketetapan-Nya dan ingkar terhadap sebagian yang lain, padahal engkau mengetahui bahwa sumber dari semua perintah itu adalah satu, yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala?
Seperti shalat dan amalan lain yang senantiasa engkau kerjakan, maka berjilbab pun adalah satu amalan yang seharusnya juga engkau perhatikan. Allah Ta’ala telah menurunkan perintah hijab kepada setiap wanita mukminah. Maka itu berarti bahwa hanya wanita-wanita yang memiliki iman yang ridha mengerjakan perintah ini. Adakah engkau tidak termasuk ke dalam golongan wanita mukminah?
Ingatlah saudariku, bahwa sesungguhnya keadaanmu yang tidak berjilbab namun masih mengerjakan amalan-amalan lain, adalah seperti orang yang membawa satu kendi penuh dengan kebaikan akan tetapi kendi itu berlubang, karena engkau tidak berjilbab. Janganlah engkau sia-siakan amal shalihmu disebabkan orang-orang yang dengan bebas di setiap tempat memandangi dirimu yang tidak mengenakan jilbab. Silakan engkau bandingkan jumlah lelaki yang bukan mahram yang melihatmu tanpa jilbab setiap hari dengan jumlah pahala yang engkau peroleh, adakah sama banyaknya?
Duhai saudariku…Tahukah engkau bahwa sahnya iman seseorang itu terwujud dengan tiga hal, yakni meyakini sepenuhnya dengan hati, menyebutnya dengan lisan, dan melakukannya dengan perbuatan?
Seseorang yang beramal hanya sebatas perbuatan dan lisan, tanpa disertai dengan keyakinan penuh dalam hatinya, maka dia termasuk ke dalam golongan orang munafik. Sementara seseorang yang beriman hanya dengan hatinya, tanpa direalisasikan dengan amal perbuatan yang nyata, maka dia termasuk kepada golongan orang fasik. Keduanya bukanlah bagian dari golongan orang mukmin. Karena seorang mukmin tidak hanya meyakini dengan hati, tetapi dia juga merealisasikan apa yang diyakininya melalui lisan dan amal perbuatan. Dan jika engkau telah mengimani perintah jilbab dengan hatimu dan engkau juga telah mengakuinya dengan lisanmu, maka sempurnakanlah keyakinanmu itu dengan bersegera mengamalkan perintah jilbab.
masihkah engkau ragu untuk mengenakan pakaian taqwa ini??Ya Allah, semoga jilbab yang kami kenakan menjadi penolong kami untuk menjumpaiMU ..
WAHAI ANAK PEREMPUANKU .........
Wahai yg terindah dari yg terindah
kepakkan sayapmu dibumi ini
dengan cahaya hatimu
berbungkuskan pakaian mu
dalam takwa di kepatuhan
akan hukum juga aturan-Nya
betapa kau telah tercipta
di setiap gerak pesonamu
maka bungkus rapat tubuhmu
dgn takwamu
pesonakan gerakmu bukan dgn gemulai tubuhmu
namun di langkah ketaatan kepada Tuhanmu
Agar kelak neraka tidak penuhi
oleh kaum mu ..
Langganan:
Postingan (Atom)