Assalamu'alaikum ..

Selamat datang dalam risalah sederhana. Aku ingin mulai mengajak saudara-saudaraku_terutama diriku sendiri_memulai hidup untuk berbuat hal kecil dengan cinta yang besar. Tidak muluk – muluk. Ya, citaku memang merubah dunia kecil kita. Tetapi urutan kerjanya tentu dari diri kita sendiri, keluarga kita, dan orang-orang terdekat kita lalu kepada masyarakat luas, semoga .. Bismillah ^_^

Kupersembahkan kepada:

(yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat".(QS. 26:78-82)

Minggu, 04 November 2012

Memaknai Hidup




Kalam dari langit terlalu tinggi untuk disandingkan dengan sudut pandang makhluk bumi yang terkadang abstrak. Teladan di depan mata bukan sekadar ocehan yang mengusik jiwa, bukan untuk mempesona, tapi menyadarkan, kita tidak semestinya selalu berada di zona aman. Terninabobokan oleh asupan yang nyaman, tempat yang teduh untuk bernaung. Sekali-kali bukan itu yang mendewasakan kita ...

Seperti mend
engar lagu dangdut keras-keras tetangga sebelah .. yang membuat pagi terasa kurang indah jadinya .. nyambung nggak ? nggak yah ? biarlaah .. :D
yang penting senyum ... hikmahnya ? melatih meredam emosi .. ^_^

Itulah hidup, selalu ada sudut pandang yang berbeda .. setiap pagi, mulai belajar dari NOL, bergerak meninggalkan titik minus, menuju NOL dan dari NOL kita menuju plus .. bergerak untuk menjadi lebih baik untuk menggapai cinta Allah, Kita harus bisa belajar dari ikan. Ternyata ikan akan lebih cepat besar ketika diternak di air yang bergerak dibanding di air yang diam atau kolam. Artinya, kita akan lebih cepat dewasa ketika kita hidup dipenuhi berbagai macam ujian dan masalah .. Tanpa adanya masalah mungkin kita tidak akan pernah kuat menghadapi kerasnya hidup ... Dapatkah kita belajar dari apapun yang DIA ciptakan ? semoga, Insya Allah ... Bismillah .. :)

Sabtu, 17 Maret 2012

Mencintaimu karena Allah

 

Assalamu'alaikum wr.wbr ...,

Rasulullah bersabda : " Tahaadduu tahaabbuu, saling memberi hadiahlah sesama kalian insya Allah akan muncul rasa kasih dan sayang."

karena memang cinta itu memberi, dan " hadiah " disini sangat luas maknanya .. hadiah tidak selalu harus berwujud benda, apapun yang dapat kita berikan .. seperti senyuman tulus, sapa dan salam, dan " hadiah " yang paling baik adalah sebuah do'a tulus ... Subhanallah ♥

Ukhuwah adalah telaga batin bagi yang rindu akan kesejatian cinta antar sesama ...

Tempat jiwa berlabuh untuk saling menguatkan, mengingatkan, memberi dan berbagi ....... Yang didalamnya ada lantunan syahdu ketulusan do'a untuk saudaranya. Dalam dekapan ukhuwah, mengambil cinta dari langit. Lalu menebarkannya di bumi. Sungguh di surga, menara-menara cahaya menjulang untuk hati yang saling "mencinta" karena Allah ...

Ukhuwah itu indah. Dan ukhuwah karena Allah itu lebih indah. Bekerja untuk Allah, bersama karena Allah, bertemu atas jalan Allah, dan berpisah juga demi Allah. Apabila semuanya karena Allah dan hanya untuk Allah, auranya berbeda.

Walaupun jasad tidak bertemu, tapi hati bersatu dalam do'a.
mari saling memberi " hadiah " ? Insya Allah rasa kasih sayang dan saling mencintai akan muncul setelahnya. Dan Rasulullah bersabda : " Kalian tidak akan masuk surga sehingga kalian beriman, dan tidak dikatakan beriman sebelum kalian saling mencintai ............ " life is pretty much wonderful ! uhibbukum fillah..... mencintaimu karena Allah ♥


REMINder



" Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu Allah mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya lalu dia dilemparkan ke dalam jahannam." (HR. Bukhari no. 6478)

" Kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar." (QS. An Nur: 15). Dalam Tafsir Al Jalalain dikatakan bahwa orang-orang biasa menganggap perkara ini ringan. Namun, di sisi Allah perkara ini dosanya amatlah besar.

" Tidaklah manusia ditelungkupkan wajahnya di dalam api neraka melainkan karena ucapan lisannya”. (HR.Tirmidzi)

" Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. " (QS. Qaaf:18)

Mengingat kembali kedalaman arti dari sepenggal ayat ini membuat gemetar jemari ini ketika menuliskannya ke dalam rangkaian kata. Apalagi jika membayangkan apa yang nanti bakal terjadi, ketika lisan ini kelak terkunci, hanya kaki dan tangan bersaksi terhadap apa saja yang pernah terjadi sepanjang hidup, terhadap segala ucapan yang telah terucap. Kesaksian yang seadil-adil kesaksian. Kesaksian yang mustahil ditutup-tutupi, apalagi didustakan. Kesaksian yang sungguh paripurna.

Redaksional ayat ini (QS. Qaaf :18) sungguh luar biasa. Kata "qoul" yang berarti ucapan ditulis dalam bentuk nakirah. Ini berarti ucapan yang dimaksud bukan "UCAPAN TERTENTU" saja, melainkan "UCAPAN APAPUN". Segala ucapan. Apapun bentuknya, apapun redaksionalnya. Itu berarti termasuk segala desis, dengung, mungkin juga dengkur. Apalagi dendang. Segala "ah", "ssttt", "suit!", "pfuih!", "pret!". Apalagi : "bangsat!", "monyet!", "anjing!", dan segala nama binatang lainnya.

" Apakah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan mereka? Kami mendengar, dan malaikat-malaikat Kami selalu mencatat di sisi mereka." (QS.43: 80)

Itu berarti, kelak, segala ucapan, apapun bentuknya, yang pernah kita ucapkan akan termasuk yang dihisab oleh Allah Subhanahuwataa'la. di akhirat.

Sungguh tepat anjuran Rasulullah sebagaimana dalam sebuah hadits:

" Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka berkatalah yang baik atau diam. " (H.R. al-Bukhari dan Muslim, hadits ke-15 dalam Arba’in Nawawi).

Itu berarti, berkata yang baik lebih diutamakan daripada diam. Dan diam lebih diutamakan daripada berkata yang buruk. Bahkan diam lebih diutamakan daripada berkata yang — meski tidak masuk kategori buruk, tetapi — tidak ada gunanya.

Cukuplah contoh perilaku dalam berbicara yang diberikan Rasulullah ini menjadi pegangan.

Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa para sahabat bertanya kepada Rasulullah saw., "Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau suka mencandai kami." Beliau bersabda, "Sesungguhnya aku tidak berkata kecuali yang benar." (H.R. Ahmad dan at-Tirmidzi)

Bahkan ketika bercanda pun Rasulullah berkata yang benar. Padahal canda biasanya dekat kepada dusta. Setidaknya perkataan yang tidak ada gunanya. Itu semua menandakan betapa Rasulullah sangat memahami bahwa segala ucapan, apapun bentuk dan isi ucapan kita ini, akan diminta pertanggungjawaban kelak di akhirat. Karena kedua malaikat itu, tak sedikitpun luput dalam mencatat segala yang kita ucapkan.

Andai satu ayat ini bisa kita pegang erat, menjaga setiap lisan yang terucap .. mungkin terpegang pula tiket masuk dengan selamat ke taman akhirat, Aamiin Ya Robbal'alamiin ....

kutarik kesimpulan secara bebas,

Setiap kita bebas berbicara atau menuliskan apapun .. Tetapi tidak bebas dalam menentukan konsekuensinya, tuturkanlah kata-kata yg memperindah butiran manik-manik di jiwa dan hidupmu, karena energi positif itu memang menular dan mengalir .. dan semoga ada pahala kebaikan pula karenanya, Insya Allah, Aamiin,

Teguran untuk sang Hati


Bukan kesabaran jika masih mempunyai batas, dan bukan keikhlasan jika masih merasakan sakit, apapun yang dilakukan atas dasar cinta tidak akan pernah berbatas .. Tidakkah kau merasa takut wahai diriku ? ketika Allah Berfirman : " Akulah Allah, tiada Tuhan melainkan Aku. Siapa saja yang tidak sabar menerima cobaan dari-Ku, tidak bersyukur atas nikmat-Ku dan tidak ridha dengan ketentuan-Ku, maka carilah Tuhan selain AKU. " (Hadits Qudsi)

"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." (QS. Ali-Imran :139)

" Sesungguhnya Allah tidak berbuat dzalim pada manusia sedikitpun, tetapi manusia itulah yang berbuat dzalim pada diri mereka sendiri." (QS. Yunus :44) Jangan pandang segala sesuatu di dunia ini dengan perasaan yg sempit, karena semua akan terasa menghimpit. Biarkan hati ini menjadi sejuk dan lebih lapang dengan selalu berbaik sangka dalam berbagai keadaan. Sungguh hidup ini akan terasa jauh lebih indah.. Insya Allah ....

Hidup ini sangat sederhana ... kita sendiri yang merumitkannya. Dengan rencana baik yang tidak kita laksanakan, dengan janji yang tidak kita penuhi, dengan kewajiban yang kita lalaikan, dan dengan larangan yang kita langgar ....... Karena keberhasilan yang sesungguhnya dalam hidup adalah berhasil meraih cinta Allah sang pemilik jiwa.

Bismillahirohmanirrohiim ..... "Allaahumma innii a’uuzubika min zawaali ni’matika wa tahawwuli ‘aafiyatika wa fujaa ‘ati niqmatika wa jamii’i sakhatika" .. " Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari lenyapnya kenikmatan dari-Mu, berubahnya (hilangnya) kesejahteraan dari-Mu, siksa-Mu yang datang dengan tiba-tiba, dan dari segala kebencian-Mu." Aamiin Allohumma Aamiin .......

Hati





♥ Hati manusia itu bagaikan langit. Ia bisa saja menjadi cerah dan mendatangkan aura kebahagiaan. Tapi suatu saat bisa saja sang mendung menyapanya, menjadikan aura kebahagiaan berganti menjadi kemurungan atau bahkan kemarahan seperti saat terdengar guruh dan guntur menggelegar dengan kerasnya.

Ada satu hal yang unik menurutku, menjadikan ruang kesamaan antara langit dan hati manusia itu semakin lebar, terutama tertuju untuk kaum hawa :)

Seringkali kita melihat seorang wanita menangis. Wanita memang istimewa, ia mempunyai ruang sendiri untuk mengekspresikan bentuk isi hatinya yang sangat jauh berbeda dengan laki-laki. Saat hati seorang wanita terasa sangat menyesakkan layaknya mendung yang bergelayutan baik itu karena kemarahan maupun suatu hal yang menyedihkan dan menyakitkan, maka tidak beberapa lama kemudian pasti air mata akan begitu saja keluar dari kedua bola matanya tanpa bisa dicegah lagi.

Sama halnya seperti saat langit penuh mendung, bahkan jika mendung itu sangat gelap dan pekat, maka beberapa saat kemudian pasti akan turun hujan. Meskipun terkadang langit juga mendung tanpa hujan yg mengiringi .. sama juga, terkadang semurung apapun kondisi hati seseorang ia masih bisa menahan agar tidak menangis.

Lalu apa istimewa dan korelasinya tangisan seorang wanita dengan turunnya hujan? Sama halnya seperti hujan yang memberikan manfaat kepada bumi dan menjadikan hati manusia senang, bagi seorang wanita setelah menangis, hatinya akan segera terasa lebih tenang dari sebelumnya meskipun memang masalah tidak akan selesai begitu saja. Yah setidaknya menangis bisa merubah suasana sedikit. Rabb tidak mungkin menciptakan air mata bila engkau tidak diizinkan menangis ......
cry if You need to ... then will You be able to smile again ...

Subhanallah... Segala puji bagi Allah yang telah memberikan keunikan bagi tiap makhluk-NYA...

hmmm .. jadi kangen hujan :)
Kubayangkan lambaian indah rintiknya, kudengar suara merdu gemericiknya, dan kucium bau harum tanah yang basah olehnya, menyirami bumi penuh cinta. Dan inginku, berbaur bersamanya ... jika hujan nanti ........ semoga ada pelangi setelahnya ....... indah ...... ♥

Catatan Hati





Kita tidak pernah tahu skenario Allah. Dan memang kita tidak pernah ditugaskan untuk mencari tahu seperti apa skenario Allah itu. Maka, saat ikhtiar dan doa dirasa sempurna, serta tawakkalnya hanya pada-Nya, berbaik sangka lah pada setiap keputusan yang diberikan-Nya.

" Janganlah do'a yang lama dikabulkan padahal engkau telah meminta dengan sungguh-sungguh menjadikan engkau putus asa, karena Allah SWT pasti akan mengabulkan do'amu sesuai dengan kehendak-Nya bukan sesuai dengan keinginanmu dan pada waktu yang Dia kehendaki bukan pada waktu yang engkau inginkan wahai diriku .... "

Berbaik sangka kepada Allah, seperti saat kita membaca kisah ini. Apa yang ada dibenak kita, seolah-olah prasangka kita mengatakan Allah tidak adil?

..... Ada dua raja yang telah renta di dua kerajaan yang berbeda. Yang satu shalih lagi adil, yang satu jahat lagi dzhalim. Dan keduanya sama-sama diuji Allah dengan penyakit langka. Segala upaya telah dilakukan, agar raja shalih dan raja jahat dapat segera sembuh. Hingga suatu ketika, berkat usaha para pembantu dan tabib di negerinya, raja jahat ini akhirnya dapat sembuh seperti sedia kala. Sementara nasib sang raja shalih malah berkebalikan. Penyakitnya semakin menjadi-jadi dan diderita dalam jangka waktu yang sangat lama. Tak ada yang sanggup menyembuhkannya hingga tak tertolong lagi nyawanya.

Kemungkinan kita akan berprasangka bahwa Allah sangat tidak adil. Begitu pun para malaikat pada kisah ini. Para malaikat mempertanyakan ini kepada Allah, mengapa Dia menyelamatkan raja satu padahal ia begitu jahat, begitu dzhalim pada rakyatnya, sementara Dia siksa raja yang lain padahal ia begitu shalih lagi adil pada rakyatnya ?

Allah menjawab dengan sederhana, bahwa pada suatu ketika raja jahat pernah melakukan kebajikan, maka Dia balas di dunia dengan kesembuhan, agar tak ada lagi yang menghalanginya untuk masuk neraka. Sementara, pada suatu ketika raja shalih pernah melakukan keburukan, maka Dia balas dengan penyakit yang tak tersembuhkan, agar tak ada lagi yang menghalanginya untuk masuk surga.

Begitulah, kita diajarkan untuk selalu berprasangka baik pada tiap keputusan-Nya terhadap amal, doa, dan tawakkal kita. Apa pun keputusannya. Baik, atau kah buruk. Karena, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah :216)

~

Akhirnya, kita kali ini kembali belajar bahwa keajaiban bukan hanya hadiah langit yang diturunkan secara cuma-cuma. Tapi ia butuh ikhtiar dan doa, lalu diakhiri dengan tawakkal serta dibungkus dengan prasangka baik pada-Nya.

Maka, indah nian ungkapan Dr ‘Aid al Qarni dalam bukunya yang fenomenal, La tahzan, dan saya ingin menutup tulisan ini dengan kutipan dari sedikit tulisannya, " Tidak ada gembok yang tak bisa dibuka. Tidak ada simpul yang tak bisa dilepas. Tidak ada jarak yang jauh yang tidak bisa didekatkan. Dan tidak ada yang hilang yang tidak bisa ditemukan. Dan semua itu ada saatnya.”

Laa tai’asu min rouhillah! Jangan berputus asa dari rahmat Allah. Mari mengikhtiarkan keajaiban ....... Assalamu'alaikum ....... ♥

Just simple reminder





Rasulullah saw. telah bersabda :

" Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang dengan sesama mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit maka seluruh tubuh akan merasakannya, yaitu (sakit) demam dan tidak bisa tidur. (Muttafaq ‘alaih)

dan,

" Sesungguhnya salah seorang di antara kamu adalah cermin bagi saudaranya. Jika ia melihat sesuatu pada saudaranya, maka hendaklah ia membersihkannya." (HR Abu Daud dan Tirmidzi—hadits hasan)

Bukankah sudah nyata bahwa kita adalah cermin saudara kita? Bukankah kita ingin diperlakukan dengan lembut, santun dan ramah, sebagaimana saudara-saudara kita pun ingin diperlakukan sama? Jika memang demikian adanya, lalu mengapa kita tidak mau memulainya terlebih dahulu? Bukankah sudah jelas kaidah yang ada, " Mulailah dari dirimu sendiri (ibda’ binafsika)" ?

Timbul pertanyaan, "Bukankah berlomba-lomba dalam kebaikan dianjurkan bahkan diperintahkan? Bukankah untuk melaksanakan kebaikan tidak perlu mendahulukan orang lain? Bagaimana caranya kita tahu bahwa perbuatan kita kurang mencerminkan akhlaq al-karimah? "

Kita gunakan saja metode standar, yaitu "Istafti qalbak (mintalah fatwa/bertanyalah kepada hati nuranimu." Bukankah untuk meraih kebaikan harus dilakukan dengan cara-cara yang baik pula?

Seorang sahabat Nabi saw. bernama Wabishah bin Ma‘bad berkunjung kepada Nabi saw, lalu beliau menyapanya dengan bersabda,

" Engkau datang menanyakan kebaikan?"
" Benar, wahai Rasul," jawab Wabishah.
" Tanyalah hatimu (istafti qalbak)! Kebajikan adalah sesuatu yang tenang terhadap jiwa dan tentram terhadap hati. Adapun dosa adalah yang mengacaukan dan membimbangkan dada, walaupun setelah orang memberimu fatwa."
(HR Ahmad dan ad-Darimi).

~

Ada sebuah guyonan: "bersyukurlah kalau kalian merasa pusing, karena itu artinya kalian masih punya kepala".

dan jika dosa dilakukan namun kita tidak "merasakan", kita sepatutnya bertanya .. " ada apa dengah hati ? "

Jangan-jangan hati kita sudah mulai keras, sudah mulai jauh dari Allah (naudzubillahi min dzalik). Orang yang dekat dengan Allah, ia akan jadi sensitif. Sensitif ketika ada hal yang tidak beres, sensitif ketika ada oranglain yang butuh bantuan, sensitif akan maksiat, sensitif akan kesalahan ..

Tetaplah saling mendo'akan, mengingatkan dalam kebenaran, dan saling menyemangati ....... dan hidup adalah BELAJAR, dari apapun dan dari siapapun .... semoga selalu indah dalam silaturahmi ♥