Assalamu'alaikum ..

Selamat datang dalam risalah sederhana. Aku ingin mulai mengajak saudara-saudaraku_terutama diriku sendiri_memulai hidup untuk berbuat hal kecil dengan cinta yang besar. Tidak muluk – muluk. Ya, citaku memang merubah dunia kecil kita. Tetapi urutan kerjanya tentu dari diri kita sendiri, keluarga kita, dan orang-orang terdekat kita lalu kepada masyarakat luas, semoga .. Bismillah ^_^

Kupersembahkan kepada:

(yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat".(QS. 26:78-82)

Sabtu, 17 Maret 2012

Just simple reminder





Rasulullah saw. telah bersabda :

" Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang dengan sesama mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit maka seluruh tubuh akan merasakannya, yaitu (sakit) demam dan tidak bisa tidur. (Muttafaq ‘alaih)

dan,

" Sesungguhnya salah seorang di antara kamu adalah cermin bagi saudaranya. Jika ia melihat sesuatu pada saudaranya, maka hendaklah ia membersihkannya." (HR Abu Daud dan Tirmidzi—hadits hasan)

Bukankah sudah nyata bahwa kita adalah cermin saudara kita? Bukankah kita ingin diperlakukan dengan lembut, santun dan ramah, sebagaimana saudara-saudara kita pun ingin diperlakukan sama? Jika memang demikian adanya, lalu mengapa kita tidak mau memulainya terlebih dahulu? Bukankah sudah jelas kaidah yang ada, " Mulailah dari dirimu sendiri (ibda’ binafsika)" ?

Timbul pertanyaan, "Bukankah berlomba-lomba dalam kebaikan dianjurkan bahkan diperintahkan? Bukankah untuk melaksanakan kebaikan tidak perlu mendahulukan orang lain? Bagaimana caranya kita tahu bahwa perbuatan kita kurang mencerminkan akhlaq al-karimah? "

Kita gunakan saja metode standar, yaitu "Istafti qalbak (mintalah fatwa/bertanyalah kepada hati nuranimu." Bukankah untuk meraih kebaikan harus dilakukan dengan cara-cara yang baik pula?

Seorang sahabat Nabi saw. bernama Wabishah bin Ma‘bad berkunjung kepada Nabi saw, lalu beliau menyapanya dengan bersabda,

" Engkau datang menanyakan kebaikan?"
" Benar, wahai Rasul," jawab Wabishah.
" Tanyalah hatimu (istafti qalbak)! Kebajikan adalah sesuatu yang tenang terhadap jiwa dan tentram terhadap hati. Adapun dosa adalah yang mengacaukan dan membimbangkan dada, walaupun setelah orang memberimu fatwa."
(HR Ahmad dan ad-Darimi).

~

Ada sebuah guyonan: "bersyukurlah kalau kalian merasa pusing, karena itu artinya kalian masih punya kepala".

dan jika dosa dilakukan namun kita tidak "merasakan", kita sepatutnya bertanya .. " ada apa dengah hati ? "

Jangan-jangan hati kita sudah mulai keras, sudah mulai jauh dari Allah (naudzubillahi min dzalik). Orang yang dekat dengan Allah, ia akan jadi sensitif. Sensitif ketika ada hal yang tidak beres, sensitif ketika ada oranglain yang butuh bantuan, sensitif akan maksiat, sensitif akan kesalahan ..

Tetaplah saling mendo'akan, mengingatkan dalam kebenaran, dan saling menyemangati ....... dan hidup adalah BELAJAR, dari apapun dan dari siapapun .... semoga selalu indah dalam silaturahmi ♥

Tidak ada komentar:

Posting Komentar